Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahan Kimia di Plastik Sebabkan Ratusan Ribu Kematian di Dunia

Kompas.com - 18/12/2024, 20:15 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi mengungkap ratusan ribu kematian dan jutaan kasus penyakit jantung di dunia terkait dengan bahan kimia yang terdapat dalam produk plastik umum.

Hasil tersebut disimpulkan setelah peneliti dari University of Maryland, Amerika Serikat menilai dampak kesehatan masyarakat dari paparan tiga jenis bahan kimia yang digunakan dalam plastik.

Tiga jenis bahan kimia tersebut adalah bisphenol A (BPA), di(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP) dan polybrominated diphenyl ethers (PBDEs).

BPA dan DEHP ditemukan dalam kemasan makanan plastik dan PBDEs adalah penghambat api yang digunakan dalam beberapa barang rumah tangga, seperti furnitur dan elektronik.

Baca juga:

Dikutip dari New Scientist, Rabu (18/12/2024) dalam studinya tim memperkirakan paparan orang terhadap ketiga kelas bahan kimia ini di 38 negara, yang mewakili sekitar sepertiga dari populasi dunia.

Tiga negara yaitu AS, Kanada, dan Korea Selatan juga memiliki basis data publik yang memantau kadar bahan kimia ini dalam sampel urin dan darah, sehingga memberikan data yang lebih akurat.

Dengan menggabungkan catatan medis dan laporan toksikologi, para peneliti menghitung hasil kesehatan yang disebabkan oleh bahan kimia ini.

Peneliti kemudian menemukan bahwa pada tahun 2015, sekitar 5,4 juta kasus penyakit arteri koroner dan 346.000 stroke dikaitkan dengan paparan BPA.

Selain itu sekitar 164.000 kematian pada orang berusia antara 55 dan 64 tahun mungkin disebabkan oleh DEHP.

Akan tetapi berkat peraturan yang diberlakukan pada akhir tahun 2000-an, prevalensi bahan kimia ini telah menurun di banyak negara seperti AS, Kanada, dan negara-negara di Eropa.

Para peneliti memperkirakan bahwa sekitar 515.000 kematian dapat dihindari jika paparan BPA dan DEHP di AS berada pada tingkat pasca-regulasi sejak tahun 2003.

Baca juga:

Hal ini menggarisbawahi pentingnya pemerintah dan produsen membatasi penggunaan bahan kimia beracun dalam produk plastik sebelum mencapai konsumen.

Lebih lanjut, penting untuk diingat bahwa temuan ini hanyalah perkiraan, yang berarti untuk beberapa negara mungkin kurang akurat dibandingkan yang lain.

"Akan menjadi ide yang bagus jika lebih banyak negara benar-benar memantau paparan zat-zat ini dan  lainnya yang akan meningkatkan pemahaman kita tentang beban kesehatan masyarakat mereka," papar Maureen Cropper dari University of Maryland.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau