Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Lingkungan dari Tur Eras Taylor Swift

Kompas.com - 22/12/2024, 10:00 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tour Eras Taylor Swift menjadi salah satu konser musik yang memecahkan rekor, baik itu dalam hal antusiasme penggemar hingga finansial.

Setelah berakhir pada tanggal 8 Desember, diumumkan bahwa tur Eras telah menghasilkan lebih dari 2 miliar dollar AS, menjadikannya tur paling menguntungkan dalam sejarah musik sejauh ini.

Namun terlepas dari keberhasilan tersebut, ada pertanyaan lain yang muncul: seberapa berkelanjutankah acara tersebut?

Biaya Lingkungan Tur Global

Dikutip dari Sustainability Magazine, Jumat (20/12/2024) tur Eras mencakup lima benua, dari AS hingga Argentina, dari Jepang hingga Inggris dan dihadiri oleh jutaan penggemar. Tour skala besar tersebut memiliki dampak lingkungan yang signifikan.

Perjalanan internasional bagi Taylor, kru, dan perlengkapannya telah menghasilkan emisi karbon dioksida yang substansial.

Baca juga:

Menurut perkiraan, perjalanan jet pribadi untuk perjalanan tahun 2024 saja menghasilkan lebih dari 511.000 kg CO2, setara dengan emisi tahunan 122 mobil bertenaga gas.

Angka ini tidak termasuk emisi tambahan dari transportasi barang dan perjalanan penggemar ke pertunjukan, yang melintasi benua untuk mendapatkan kesempatan menyaksikan acara tersebut.

"Emisi karbon Swift sangat ekstrem dan mencemari atmosfer," kata Leah Thomas, penulis The Intersectional Environmentalist.

Emisi karbon adalah salah satu penyebab utama krisis iklim, karena karbon di atmosfer menghangatkan planet ini, yang berkontribusi terhadap peristiwa cuaca ekstrem.

Bintang pop Amerika tersebut dilaporkan telah berupaya untuk mengimbangi sebagian dampak lingkungan dari tur tersebut, dengan membeli kredit karbon yang setara dengan dua kali lipat emisi jet pribadinya.

Lebih lanjut, tempat konser juga berkontribusi besar terhadap jejak lingkungan, dengan penggunaan energi yang tinggi untuk pencahayaan, sistem suara, dan pendingin udara.

Merchandise Berkelanjutan

Selain itu, masih ada produksi limbah dari plastik sekali pakai, seperti merchandise dan gelang LED yang bisa memperburuk beban ekologis.

Penjualan merchandise sendiri menjadi salah satu hal yang tidak bisa terlepas dalam sebuah tur, termasuk Eras Tour yang menghasilkan pendapatan sekitar 500 juta dollar AS.

Baca juga:

Penjualan merchandise ini juga menjadi pertanyaan apakah cukup berkelanjutan dalam produksinya, termasuk sumber tekstil, pewarna, dan etika manufaktur.

Meskipun beberapa tempat mendorong daur ulang, banyak yang masih kekurangan sistem yang kuat, sehingga pengelolaan limbah menjadi tantangan yang signifikan.

Tur Taylor Swift ini juga identik dengan gelang persahabatan yang terbuat dari manik-manik plastik yang membuat penjualan manik-manik meningkat hingga 300 persen di toko-toko kerajinan di kota-kota tuan rumah tur.

Tren tersebut pun akhirnya juga bisa berdampak jangka panjang karena plastik tidak dapat terurai secara hayati.

Meski mendapat kritik dari pencinta lingkungan, Taylor secara konsisten berkontribusi bagi lingkungan yang dikunjungi dalam tur Eras.

Misalnya saja, ia menyumbang ke bank makanan lokal, memberikan dukungan penting bagi masyarakat yang menghadapi kesulitan ekonomi.

Ia juga bekerja sama dengan vendor lokal untuk mendapatkan bahan-bahan yang berkelanjutan untuk merchandise dan mengurangi penggunaan plastik.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Pasang 111 Alat Pemantau Kualitas Udara, Bisa Diakses Lewat JAKI

Pemprov DKI Pasang 111 Alat Pemantau Kualitas Udara, Bisa Diakses Lewat JAKI

Pemerintah
KG Media Hadirkan Lestari Awards sebagai Ajang Penghargaan ESG

KG Media Hadirkan Lestari Awards sebagai Ajang Penghargaan ESG

Swasta
Tren Investasi Properti Indonesia Mengarah ke Keberlanjutan

Tren Investasi Properti Indonesia Mengarah ke Keberlanjutan

Pemerintah
Ahli Yakin Harimau Jawa Tak Mungkin Masih Ada dengan Kondisi Saat Ini

Ahli Yakin Harimau Jawa Tak Mungkin Masih Ada dengan Kondisi Saat Ini

LSM/Figur
Gapki Antisipasi Kebakaran Lahan Sawit Jelang Musim Kemarau

Gapki Antisipasi Kebakaran Lahan Sawit Jelang Musim Kemarau

LSM/Figur
Menteri LH: Gangguan Lingkungan di Pulau Kecil Masif akibat Tambang

Menteri LH: Gangguan Lingkungan di Pulau Kecil Masif akibat Tambang

Pemerintah
Kadar Arsenik di Beras Naik, Kesehatan Masyarakat di Asia Terancam

Kadar Arsenik di Beras Naik, Kesehatan Masyarakat di Asia Terancam

LSM/Figur
Perkuat Kelas Internasional dan Kajian Sustainability, IPB Gandeng Kasetsart University

Perkuat Kelas Internasional dan Kajian Sustainability, IPB Gandeng Kasetsart University

Pemerintah
Kurangi Pencemaran Udara, Indonesia Harus Upgrade Kualitas Bahan Bakar

Kurangi Pencemaran Udara, Indonesia Harus Upgrade Kualitas Bahan Bakar

LSM/Figur
Hitachi Energy-AWS Percepat Inovasi Jaringan Cloud dan Transisi Energi

Hitachi Energy-AWS Percepat Inovasi Jaringan Cloud dan Transisi Energi

Swasta
Perubahan Iklim Ancam Situs Arkeologi di Pesisir

Perubahan Iklim Ancam Situs Arkeologi di Pesisir

Pemerintah
Hujan Berpotensi Jadi Sumber Listrik Ramah Lingkungan Skala Besar

Hujan Berpotensi Jadi Sumber Listrik Ramah Lingkungan Skala Besar

Pemerintah
Pemilik Konsesi Sawit Bisa Kena Pidana jika Tak Mitigasi Kebakaran Lahan

Pemilik Konsesi Sawit Bisa Kena Pidana jika Tak Mitigasi Kebakaran Lahan

Pemerintah
Krisis Pekerja Hijau Landa Dunia, Transisi  Berisiko Terhambat

Krisis Pekerja Hijau Landa Dunia, Transisi Berisiko Terhambat

Pemerintah
Menteri LH Wanti-wanti Pengusaha soal Kebakaran Lahan Sawit Saat Kemarau

Menteri LH Wanti-wanti Pengusaha soal Kebakaran Lahan Sawit Saat Kemarau

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau