KOMPAS.com - Tour Eras Taylor Swift menjadi salah satu konser musik yang memecahkan rekor, baik itu dalam hal antusiasme penggemar hingga finansial.
Setelah berakhir pada tanggal 8 Desember, diumumkan bahwa tur Eras telah menghasilkan lebih dari 2 miliar dollar AS, menjadikannya tur paling menguntungkan dalam sejarah musik sejauh ini.
Namun terlepas dari keberhasilan tersebut, ada pertanyaan lain yang muncul: seberapa berkelanjutankah acara tersebut?
Dikutip dari Sustainability Magazine, Jumat (20/12/2024) tur Eras mencakup lima benua, dari AS hingga Argentina, dari Jepang hingga Inggris dan dihadiri oleh jutaan penggemar. Tour skala besar tersebut memiliki dampak lingkungan yang signifikan.
Perjalanan internasional bagi Taylor, kru, dan perlengkapannya telah menghasilkan emisi karbon dioksida yang substansial.
Baca juga:
Menurut perkiraan, perjalanan jet pribadi untuk perjalanan tahun 2024 saja menghasilkan lebih dari 511.000 kg CO2, setara dengan emisi tahunan 122 mobil bertenaga gas.
Angka ini tidak termasuk emisi tambahan dari transportasi barang dan perjalanan penggemar ke pertunjukan, yang melintasi benua untuk mendapatkan kesempatan menyaksikan acara tersebut.
"Emisi karbon Swift sangat ekstrem dan mencemari atmosfer," kata Leah Thomas, penulis The Intersectional Environmentalist.
Emisi karbon adalah salah satu penyebab utama krisis iklim, karena karbon di atmosfer menghangatkan planet ini, yang berkontribusi terhadap peristiwa cuaca ekstrem.
Bintang pop Amerika tersebut dilaporkan telah berupaya untuk mengimbangi sebagian dampak lingkungan dari tur tersebut, dengan membeli kredit karbon yang setara dengan dua kali lipat emisi jet pribadinya.
Lebih lanjut, tempat konser juga berkontribusi besar terhadap jejak lingkungan, dengan penggunaan energi yang tinggi untuk pencahayaan, sistem suara, dan pendingin udara.
Selain itu, masih ada produksi limbah dari plastik sekali pakai, seperti merchandise dan gelang LED yang bisa memperburuk beban ekologis.
Penjualan merchandise sendiri menjadi salah satu hal yang tidak bisa terlepas dalam sebuah tur, termasuk Eras Tour yang menghasilkan pendapatan sekitar 500 juta dollar AS.
Baca juga:
Penjualan merchandise ini juga menjadi pertanyaan apakah cukup berkelanjutan dalam produksinya, termasuk sumber tekstil, pewarna, dan etika manufaktur.
Meskipun beberapa tempat mendorong daur ulang, banyak yang masih kekurangan sistem yang kuat, sehingga pengelolaan limbah menjadi tantangan yang signifikan.
Tur Taylor Swift ini juga identik dengan gelang persahabatan yang terbuat dari manik-manik plastik yang membuat penjualan manik-manik meningkat hingga 300 persen di toko-toko kerajinan di kota-kota tuan rumah tur.
Tren tersebut pun akhirnya juga bisa berdampak jangka panjang karena plastik tidak dapat terurai secara hayati.
Meski mendapat kritik dari pencinta lingkungan, Taylor secara konsisten berkontribusi bagi lingkungan yang dikunjungi dalam tur Eras.
Misalnya saja, ia menyumbang ke bank makanan lokal, memberikan dukungan penting bagi masyarakat yang menghadapi kesulitan ekonomi.
Ia juga bekerja sama dengan vendor lokal untuk mendapatkan bahan-bahan yang berkelanjutan untuk merchandise dan mengurangi penggunaan plastik.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya