Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Hanya 1 Persen Pemilik EV yang Beli Lagi Mobil Berbahan Bakar Gas

Kompas.com, 7 Januari 2025, 17:25 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah survei baru terhadap pemilik kendaraan listrik (EV) di seluruh dunia menemukan bahwa hanya 1 persen pemilik kendaraan listrik yang akan membeli mobil bertenaga gas murni atau diesel untuk kendaraan mereka berikutnya.

Mengutip GAIKINDO, jenis bahan bakar gas yang tersedia saat ini untuk kendaraan adalah compressed natural gas (CNG) dan liquified gas for vehicles (LGV). CNG berbentuk gas, sedangkan LGV adalah gas yang berbentuk cair.

Mengutip Clean Technica, Selasa (7/1/2025) hasil survei dari Global EV Drivers Alliance (GEVA) ini juga mengungkapkan sebanyak 92 persen pemilik kendaraan listrik akan membeli EV lain sebagai kendaraan selanjutnya.

Sementara sisanya, memilih untuk membeli kendaraan hybrid atau mampu beroperasi dengan dua jenis bahan bakar.

Baca juga:

Keputusan tersebut dipilih karena beberapa orang masih ingin menggunakan mobil sebagai kendaraan listrik dan hanya menggunakan tangki bensin sebagai cadangan bahan bakar saat kondisi darurat.

"Hasil survei menegaskan bahwa pengemudi kendaraan listrik sangat puas dengan pilihan mereka dan bahwa laporan tentang menurunnya popularitas kendaraan listrik sangat dibesar-besarkan," kata Petter Haugneland, Asisten Sekretaris Jenderal Asosiasi Kendaraan Listrik Norwegia.

Hasil senada juga diungkapkan oleh Joel Levin, ketua GEVA dan Direktur Plug In America yang menyebut bahwa pengemudi menyukai pengalaman berkendara dengan kendaraan listrik dan kendaraan akan tetap ada.

Mengapa Menyukai EV?

Salah satu alasan mengapa pengemudi memilih kendaraan listrik adalah karena biaya operasional yang lebih rendah dan lebih sedikit pemeliharaan.

"Alih-alih harus rutin berkendara ke pom bensin untuk mengisi bahan bakar, seseorang dapat duduk dengan nyaman di rumah atau kantornya sementara mobil melakukan pengisian listrik," papar Levin.

Hal tersebut bisa membuat seseorang lebih banyak menghemat waktu karena tidak perlu ke pom bensin atau mengganti oli, memeriksa emisi, dan lain-lain.

Pengemudi EV juga memprioritaskan iklim dan udara, sehingga manfaat lingkungan dari kendaraan listrik muncul sebagai motivasi terpenting kedua.

Kendati demikian masih ada satu kelemahan utama yang banyak disoroti yaitu infrastruktur pengisian daya EV.

Baca juga:

"Infrastruktur pengisian daya cukup baik di sebagian besar negara dan terus berkembang dengan kecepatan yang stabil. Namun, beberapa pengemudi kendaraan listrik masih menganggap pengisian daya sebagai hal yang merepotkan," ungkap Levin.

Itu lantaran terbatasnya ketersediaan pengisi daya cepat, sifat pengisian daya yang memakan waktu, dan seringnya waktu henti stasiun pengisian daya cepat.

Semua hal ini perlu terus ditingkatkan seiring dengan pertumbuhan penjualan kendaraan listrik karena masih jauh dari kondisi ideal.

Lebih lanjut, hasil survei merupakan analisis dari 23.000 pengemudi EV di 18 negara.

GEVA mengklaim bahwa ini merupakan survei global pertama dan terlengkap di antara pengemudi kendaraan listrik.

"Kami sebenarnya telah melakukan survei global terhadap ribuan pengemudi kendaraan listrik beberapa tahun lalu, tetapi, harus diakui, kami belum mendekati skala 23.000," kata Levin.

"Selain itu, era kendaraan listrik yang sepenuhnya berbeda dengan yang kita alami saat ini," tambahnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Bapeten Musnahkan 5,7 Ton Udang Ekspor yang Terkontaminasi Cesium-137
Bapeten Musnahkan 5,7 Ton Udang Ekspor yang Terkontaminasi Cesium-137
Pemerintah
IESR: Revisi Perpres 112 Tahun 2022 Ancam Target Transisi Energi
IESR: Revisi Perpres 112 Tahun 2022 Ancam Target Transisi Energi
LSM/Figur
8 Juta Anak Indonesia Memiliki Darah Mengandung Timbal Melebihi Batas WHO
8 Juta Anak Indonesia Memiliki Darah Mengandung Timbal Melebihi Batas WHO
Pemerintah
Bobibos Diklaim Lebih Ramah Lingkungan, Ini Penjelasan BRIN
Bobibos Diklaim Lebih Ramah Lingkungan, Ini Penjelasan BRIN
LSM/Figur
IWIP Libatkan UMKM dalam Rantai Pasok Industri, Nilai Kerja Sama Tembus Rp 4,4 Triliun
IWIP Libatkan UMKM dalam Rantai Pasok Industri, Nilai Kerja Sama Tembus Rp 4,4 Triliun
Swasta
Celios: Pembatasan Izin Smelter Harus Disertai Regulasi dan Peta Dekarbonisasi
Celios: Pembatasan Izin Smelter Harus Disertai Regulasi dan Peta Dekarbonisasi
Pemerintah
COP30 Buka Peluang RI Dapatkan Dana Proyek PLTS 100 GW
COP30 Buka Peluang RI Dapatkan Dana Proyek PLTS 100 GW
Pemerintah
Kemenhut: 6.000 ha TN Kerinci Seblat Dirambah, Satu Orang Jadi Tersangka
Kemenhut: 6.000 ha TN Kerinci Seblat Dirambah, Satu Orang Jadi Tersangka
Pemerintah
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Swasta
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Pemerintah
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
Pemerintah
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Pemerintah
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
LSM/Figur
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Swasta
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau