KOMPAS.com - Peneliti dari Universitas Nagoya di Jepang menemukan bahwa pohon pinus hitam Jepang (Pinus thunbergii) yang tumbuh di sepanjang pantai dapat melindungi pesisir dari kerusakan akibat tsunami dan angin kencang.
Dalam studinya, peneliti mengungkapkan, makin tinggi pohon pinus hitam Jepang yang tumbuh maka makin dalam pula akarnya masuk ke tanah. Akar tersebut yang kemudian berfungsi sebagai penahan kerusakan dari tsunami.
Mengutip Phys, Rabu (15/1/2025), bukti manfaat pohon tersebut dalam menahan tsunami terlihat selama Gempa Besar Jepang Timur pada tahun 2011.
Saat itu pohon P. thunbergii di sepanjang pantai memainkan peran penting dalam meredam kekuatan gelombang dan puing-puing yang dibawa oleh tsunami.
Dalam studi, peneliti mencoba untuk menganalisis seberapa kuat akar pohon P. thunbergii dalam menahan gelombang.
Baca juga: Hutan Mangrove Lindungi Pesisir dari Tsunami, Tapi Terancam Hilang
Untuk mengetahuinya, tim peneliti menggali akar pohon P. thunbergii yang tumbuh di pesisir Prefektur Aichi, Jepang, untuk mengukur kedalaman maksimum akar serta menganalisis sifat bagian atas tanah pohon dan tanah di sekitarnya.
Kemudian untuk mempelajari struktur sistem akar, peneliti mengambil 700 foto digital setiap pohon dari semua sudut sehingga tidak perlu lagi mengangkut sampel ke laboratorium.
Setelah itu, di laboratorium, peneliti menganalisis hubungan antara kedalaman maksimum akar yang diukur di lapangan dan karakteristik bagian atas tanah pohon serta tanah di sekitarnya.
Hasilnya, mereka menemukan pohon P. thunbergii yang tumbuh lebih tinggi, akarnya tumbuh lebih dalam.
Sementara, pohon P. thunbergii yang lebih pendek lebih mungkin tumbang karena akarnya belum tumbuh cukup dalam untuk menahannya saat angin kencang atau ombak yang sangat besar.
Ketinggian muka air tanah di dekat pantai dan tanah yang keras dianggap mencegah akar tumbuh dalam.
"Jadi jika kita membantu meningkatkan drainase untuk air tanah yang tinggi atau melembutkan tanah khususnya pada pohon P. thunbergii yang pendek, kita dapat meningkatkan kapasitas mitigasi bencana di hutan pesisir P. thunbergii," kata Profesor Yasuhiro Hirano dari Universitas Nagoya, penulis pertama penelitian ini.
Temuan ini kemudian dipublikasikan dalam Journal of Forest Research.
Mempelajari dan mengatahui tanaman yang berfungsi sebagai penahan tsunami merupakan hal yang penting.
Baca juga: Citra Satelit Bisa Bantu Lindungi Hutan Pesisir dari Perubahan Iklim
Tsunami merupakan peristiwa alam yang dipicu oleh beberapa hal misalnya gempa bumi atau aktivitas gunung berapi laut.
Seperti bencana alam lainnya, tsunami pun dapat menyebabkan kerusakan dahsyat bagi ekosistem di pesisir dan bahkan mengakibatkan kematian.
Namun kini, alam tidak hanya satu-satunya pemicu tsunami, perubahan iklim pun turut berperan.
Mengutip Greenly, perubahan iklim dapat menyebabkan naiknya permukaan air laut. Sementara ancaman terbesar dari tsunami adalah naiknya permukaan laut itu sehingga bisa membuat tsunami lebih parah.
Mengapa begitu?
Naiknya permukaan air laut yang lebih tinggi memungkinkan tsunami bergerak lebih jauh ke daratan dan menyebabkan kerusakan yang lebih parah.
Selain itu, naiknya permukaan air laut mengakibatkan garis pantai yang lebih rentan. Hal tersebut membuat masyarakat pesisir lebih rentan terhadap tsunami.
Pemanasan laut yang disebabkan oleh perubahan iklim juga dapat memengaruhi lempeng tektonik yang berada di bawah badan air yang besar.
Pada akhirnya, hal ini dapat mengakibatkan lebih banyak aktivitas geologis dan pada gilirannya tsunami yang lebih buruk.
Perubahan iklim juga telah memengaruhi pola lautan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan tsunami menyebar ke seluruh lautan dan berdampak pada wilayah lain di dunia.
Dengan makin memburuknya perubahan iklim maka makin besar pula kemungkinan tsunami bisa terjadi.
Untuk itulah mitigasi bencana dan juga mengamankan ekosistem pesisir menjadi hal yang penting.
Baca juga: 8.700 Orang Tewas dan 40 Juta Terusir, Bencana Iklim Semakin Ekstrem
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya