KOMPAS.com - Studi baru dari Penn State School of Hospitality Management, di Amerika Serikat mengungkapkan pemengaruh alias influencer media sosial yang antusias dengan isu-isu lingkungan serta gaya hidup berkelanjutan dapat membantu industri pariwisata.
Para influencer--yang disebut influencer hijau, dapat menginspirasi wisatawan untuk terlibat dalam perilaku pro-lingkungan guna membantu mengurangi limbah dan polusi melalui pesan-pesan di media sosial yang mereka unggah.
Temuan yang dipublikasikan di Journal of Sustainable Tourism itu juga menemukan mereka dapat memberikan dukungan terhadap konservasi satwa liar juga pada wisatawan melalui media sosial.
"Polusi dan penumpukan sampah dapat menyebabkan kerusakan lingkungan di destinasi wisata. Perusahaan dan destinasi wisata dapat memanfaatkan influencer hijau dalam upaya pemasaran mereka untuk mempromosikan pesan ramah lingkungan guna membantu mencegah kerusakan ini," ungkap Anni Ding, Asisten Profesor Hospitality Management di Penn State.
Dikutip dari Phys, Sabtu (22/2/2025) untuk menentukan dampak dari influencer hijau bagi wisatawan, peneliti melakukan dua eksperimen dengan peserta yang direkrut melalui Prolific, platform data panel crowdsourcing.
Baca juga:
Para peneliti mengeksplorasi dampak semangat atau intensitas ekspresi yang berkaitan dengan inisiatif lingkungan dari influencer hijau terhadap wisatawan.
Peneliti menggunakan data dari 322 peserta survei yang secara acak ditugaskan untuk melihat serangkaian unggahan media sosial yang menggambarkan pembersihan pantai fiktif.
Satu rangkaian unggahan media sosial menyampaikan emosi dengan menggunakan bahasa yang bersemangat.
Sedangkan rangkaian lainnya berisi ringkasan langsung tentang pembersihan pantai tanpa menampilkan citra emosional.
Setelah melihat unggahan tersebut, peserta menjawab pertanyaan tentang kemampuan mereka sendiri untuk bertindak dalam mendukung lingkungan.
"Kami menemukan bahwa semangat dan antusiasme dapat ditularkan dari influencer kepada pengikut mereka melalui media sosial," kata Ding.
Lebih lanjut, peneliti juga ingin memahami apakah pemasaran influencer dapat efektif dilakukan meski influencer tidak menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam unggahan media sosial mereka.
Baca juga:
Tim peneliti menemukan kekhususan minat influencer tetap dapat berpengaruh pada pengikut karena ajakan yang kuat dan spesifik dapat menunjukkan bahwa influencer benar-benar berkomitmen pada tujuan lingkungan.
"Perusahaan dan destinasi wisata dapat memanfaatkan influencer ramah lingkungan dalam pemasaran mereka. Tetapi perusahaan tidak boleh hanya melihat jumlah pengikut tetapi juga fokus pada apa yang menjadi minat influencer tersebut," terang Ding.
"Itu pada akhirnya dapat membantu bisnis menyelaraskan sasaran mereka dengan influencer yang dapat mengomunikasikan pesan dengan lebih baik," tambahnya.
Ding mengungkapkan pula bermitra dengan influencer yang tak sejalan dapat merugikan perusahaan dan malah menghabiskan anggaran pemasaran mereka.
Sementara influencer yang selaras dengan target perusahaan terhadap inisiatif lingkungan merupakan pilihan terbaik.
"Emosi positif seperti minat dapat menjadi alat yang sangat ampuh dalam pemasaran atau komunikasi," kata Ding.
"Dengan memilih duta yang bersemangat untuk mengomunikasikan pesan yang tepat, perusahaan pariwisata dapat membangun kampanye komunikasi yang efektif," pungkas Ding.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya