Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/02/2025, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Sebagai Ketua ASEAN 2025, Malaysia didorong melaksanakan agenda transformasi energi di kawasan sebagai kontribusi dalam mitigasi krisis iklim.

Lembaga think tank Institute for Essential Services Reform (IESR) melalui Koalisi Transisi Energi di Asia Tenggara atau Southeast Asia Energy Transition Coalition (SETC) menilai, ada beberapa langkah yang dapat ditempuh Malaysia.

Di antaranya adalah memperkuat komitmen, kolaborasi dan kebijakan regional, meningkatkan investasi energi bersih, serta membangun ekosistem industri energi terbarukan.

Baca juga: Transisi Energi di Tengah Pemotongan Anggaran, Kerjasama Swasta Perlu

Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengatakan, saat ini porsi energi terbarukan dalam total pasokan energi primer ASEAN masih sekitar 15,6 persen, jauh di bawah target 23 persen pada 2025.

Padahal, kawasan Asia Tenggara memiliki potensi energi terbarukan lebih dari 17 terawatt (TW).

Di sisi lain, investasi yang masuk masih minim. ASEAN hanya menerima 2 persen dari investasi energi terbarukan global, meski menyumbang 6 persen dari produk domestik bruto (PDB) dunia dan 5 persen dari permintaan energi global.

Fabby menyampaikan, ketergantungan ASEAN terhadap bahan bakar fosil masih sangat kuat.

Baca juga: ASEAN Blue Innovation Expo 2025, UNDP Dorong Ekonomi Biru untuk Masa Depan Hijau

Dia menambahkan, tanpa intervensi besar, bahan bakar fosil diperkirakan akan memasok hingga 75 persen kebutuhan energi ASEAN di masa depan.

"Dampaknya tidak hanya pada peningkatan emisi karbon, tetapi juga meningkatkan kerentanan ekonomi kawasan," kata Fabby dikutip dari siaran pers, Kamis (20/2/2025).

Fabby berujar, IESR mendorong agenda transformasi energi melalui ASEAN Energy Transformation Agenda yang bertumpu pada empat pilar utama.

Pertama, percepatan pengembangan dan integrasi energi bersih, seperti membentuk ASEAN Just Energy Transition Partnership (ASEAN-JETP) untuk membuka pendanaan hingga 130 miliar dollar AS per tahun hingga 2030.

Baca juga: Australia-ASEAN Kerja Sama Pendanaan Energi Terbarukan

Kedua, menjadikan ASEAN sebagai pusat manufaktur dan perdagangan energi bersih, misalnya dengan meluncurkan ASEAN Clean Energy Industrial Strategy untuk menarik investasi lebih dari 100 miliar dollar AS dalam sektor sel surya, kendaraan listrik, baterai, turbin angin, dan hidrogen hijau.

Ketiga, memperkuat investasi hijau dan mekanisme pembiayaan, dengan memperluas taksonomi hijau ASEAN dan kerangka keuangan berkelanjutan untuk menarik investor global dan penerbitan obligasi hijau.

Keempat, meningkatkan koordinasi kebijakan dan pengembangan tenaga kerja.

Contohnya seperti mendirikan ASEAN Clean Energy Workforce Initiative guna menciptakan lebih dari 3 juta lapangan kerja di sektor manufaktur, teknik, dan inovasi digital.

Baca juga: Pasar Karbon ASEAN Bisa Raup Pendapatan 3 Triliun Dollar AS pada 2050

Selain itu, dapat membentuk ASEAN Clean Energy Research and Development Center untuk mendorong riset dan inovasi teknologi energi bersih.

Deputi Direktur Solar Energy Research Institute (SERI) Universiti Kebangsaan Malaysia Norasikin Ahmad Ludin menegaskan, ASEAN berada di titik krusial.

Pasalnya, permintaan energi di kawasan meningkat tajam. Di sisi lain, ada kebutuhan mendesak untuk mengatasi perubahan iklim.

Dia menuturkan, Malaysia memiliki peluang strategis untuk memimpin integrasi dan inovasi dalam transisi energi kawasan.

"Selama masa kepemimpinan ini, kami berharap Malaysia dapat memprioritaskan perluasan energi terbarukan, penguatan kerangka kebijakan, dan peningkatan kerja sama regional," ujar Norasikin.

Baca juga: Harga PLTS dan PLTB Turun Drastis, ASEAN Harus Ambil Kesempatan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau