“Mengelola keanekaragaman hayati bukanlah tugas yang mudah, keseimbangan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan harus dijaga, terutama bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia,” demikian pernyataan Indonesia dalam pertemuan itu.
Baca juga: Konsumsi Negara Kaya Hancurkan Biodiversitas Negara Berkembang
Brian O'Donnell, direktur Campaign for Nature, mengatakan, negara-negara tidak berada di jalur yang tepat untuk memenuhi komitmen global 30 persen karena terkait dengan kurangnya keuangan dari negara-negara kaya untuk membantu negara lain memenuhi target, dan kurangnya keterlibatan dari para pemimpin dunia.
"Ini penting jika kita ingin mencegah kepunahan puluhan ribu spesies dan mempertahankan layanan yang disediakan oleh alam yang utuh seperti penyerbukan, penyaringan air dan udara, pertahanan badai, dan pencegahan pandemi," katanya.
Inger Andersen, direktur eksekutif Program Lingkungan PBB, menambahkan bahwa angka pemantauan pada kawasan lindung menunjukkan adanya kemajuan, dengan 17,6 persen daratan dan 8,4 persen lautan berada dalam perlindungan.
Namun, ia mengatakan masih banyak yang perlu dilakukan.
“30 by 30 adalah target global dan cara negara-negara menerapkannya di tingkat nasional akan berbeda di seluruh dunia, tergantung pada situasi nasional. Target harus membantu mendorong tindakan, tetapi tidak boleh melemahkan upaya konservasi lain atau dianggap sebagai hal yang terpisah,” katanya.
“Tanpa melindungi alam, kita tidak akan dapat mencapai tujuan iklim dan pembangunan kita,” tambah Inger.
Baca juga: Perubahan Iklim Pengaruhi Produksi Kakao, Termasuk Indonesia
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya