Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Green Property" Jadi Solusi Atasi Perubahan Iklim di Perkotaan

Kompas.com - 05/03/2025, 16:42 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Pakar Green Building Council Indonesia (GBCI), Iwan Prijanto, mengatakan bahwa green property menjadi salah satu solusi untuk mengatasi perubahan iklim.

Jenis bangunan dan kawasannya mengadopsi konsep hijau, dibuktikan dengan sertifikasi dari World Green Building Council.

"(Green property) dibutuhkan, jelas itu sudah tuntutan hari ini dan masa depan. Jadi enggak mungkin para pemain properti dunia bisa mengabaikan upaya-upaya mitigasi terhadap perubahan iklim," ujar Iwan saat dihubungi, Rabu (5/3/2025).

Baca juga: RI Dapat Pinjaman 53 Juta Dollar AS untuk Dekarbonisasi Sektor Properti-Ritel

Dia menyebut, konsep bangunan ramah lingkungan diterapkan sebagai partisipasi pengembang properti untuk menurunkan efek gas rumah kaca (GRK).

Iwan mencontohkan, perusahaan multinasional di Jakarta biasanya diharuskan menempati bangunan yang ramah lingkungan.

Di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun sudah mulai mengarahkan setiap bangunan komersial mengusung konsep hijau.

Hal ini berbanding lurus dengan kewajiban setiap perusahaan melaporkan kegiatan environmental, social, governance (ESG).

"ESG ini akan mempersyaratkan pengelolaan asetnya juga harus sesuai atau tinggi. Dalam konteks environmental, beberapa aspek sosial itu tercakup dalam green building," jelas Iwan.

"Jadi kalau suatu properti memiliki sertifikat green building, maka dia akan baik ESG ratingnya terutama kalau sertifikasinya datang dari lembaga independen," imbuh dia.

Kriteria Lokasi

Iwan menuturkan, kriteria pembangunan bangunan ramah lingkungan dilakukan di area dengan infrastruktur yang memadai. Makin dekat ke tengah perkotaan maka akan makin baik.

Baca juga: Riset Deloitte: Semakin Banyak “Tenant” Properti Inginkan Bangunan Rendah Karbon

"Artinya dia akan mengoptimalkan ruang-ruang kota yang ada, karena artinya utilisasi dari infrastruktur yang ada di dalam kota bisa dimanfaatkan semaksimum mungkin," papar Iwan.

Sebaliknya, dia tidak merekomendasikan proyek yang dibangun di atas lahan baru seperti pertanian yang diubah menjadi kawasan industri ataupun perumahan.

Sebab, biasanya kawasan itu belum didukung infrastruktur yang optimal. Termasuk ketidaksiapan jalan, jaringan air minum, hingga jaringan listrik untuk penghuni.

"Lebih bagus lagi kalau lokasinya itu justru bekas area yang negatif. Misalkan bekas pembuangan sampah, bekas industri yang terkontaminasi, daerah-daerah kumuh yang mulai terdegradasi kualitasnya. Itu bisa direvitalisasi, bisa ditingkatkan tanpa menimbulkan penolakan sosial," ungkap Iwan.

Pilihan lokasi tersebut, nantinya meningkatkan nilai investasi karena bertujuan memperbaiki area yang telah rusak.

Di sisi lain, Iwan menggarisbawahi bahwa masih belum banyak perumahan di Indonesia yang memiliki sertifikasi bangunan hijau.

Indonesia sendiri, memiliki sertifikasi bangunan hijau bernama Greenship yang dikeluarkan GBCI dan telah diakui secara internasional.

Baca juga: Accacia Incar Pasar Dekarbonisasi Properti Senilai 18 Triliun Dolar AS

"Yang juga masih jarang adalah kawasan yang berusaha untuk disertifikasi. Jauh lebih kompleks kawasan menyertifikasi kawasan, tetapi itu sebetulnya bentuk komitmen yang paling konkret dari developer," ucap Iwan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Perusahaan UEA Manfaatkan Lalat ubah Sisa Makanan Jadi Bahan Bakar Pesawat

Perusahaan UEA Manfaatkan Lalat ubah Sisa Makanan Jadi Bahan Bakar Pesawat

Pemerintah
Bagian dari Jihad Lingkungan, 10 Pesantren Dapat Pelatihan Kelola Sampah 

Bagian dari Jihad Lingkungan, 10 Pesantren Dapat Pelatihan Kelola Sampah 

LSM/Figur
Indonesia dan Jepang Sepakat dorong Pembangunan PLTA Kayan

Indonesia dan Jepang Sepakat dorong Pembangunan PLTA Kayan

Pemerintah
Seberapa Besar Kontribusi Sampah Gelas Plastik Industri AMDK terhadap Lingkungan?

Seberapa Besar Kontribusi Sampah Gelas Plastik Industri AMDK terhadap Lingkungan?

Swasta
Evaluasi Tata Ruang Puncak Bogor, Dedi Mulyadi Sebut Ada Arah Moratorium

Evaluasi Tata Ruang Puncak Bogor, Dedi Mulyadi Sebut Ada Arah Moratorium

Pemerintah
RI Dapat Kucuran Dana dari Australia untuk Produksi Hidrogen

RI Dapat Kucuran Dana dari Australia untuk Produksi Hidrogen

Pemerintah
UE Longgarkan Target Emisi Produsen Mobil

UE Longgarkan Target Emisi Produsen Mobil

Pemerintah
Menakar Potensi Bangunan Ramah Lingkungan untuk Cegah Banjir di Jakarta

Menakar Potensi Bangunan Ramah Lingkungan untuk Cegah Banjir di Jakarta

Pemerintah
Ekspansi Sawit: Peluang Ekonomi yang Mengancam Lingkungan?

Ekspansi Sawit: Peluang Ekonomi yang Mengancam Lingkungan?

Pemerintah
Tanaman Pangan Penting Dunia Terancam Punah karena Pemanasan Global

Tanaman Pangan Penting Dunia Terancam Punah karena Pemanasan Global

Pemerintah
Banjir Parah, Apa Sebenarnya Hubungannya dengan Perubahan Iklim?

Banjir Parah, Apa Sebenarnya Hubungannya dengan Perubahan Iklim?

Pemerintah
Cegah Mubazir Makanan Selama Ramadhan, Bapanas Serukan Gerakan Selamatkan Pangan 

Cegah Mubazir Makanan Selama Ramadhan, Bapanas Serukan Gerakan Selamatkan Pangan 

Pemerintah
'Green Property' Jadi Solusi Atasi Perubahan Iklim di Perkotaan

"Green Property" Jadi Solusi Atasi Perubahan Iklim di Perkotaan

Pemerintah
Tak Ekonomis dan Beremisi, Proyek DME Batu Bara Diminta Dievaluasi

Tak Ekonomis dan Beremisi, Proyek DME Batu Bara Diminta Dievaluasi

LSM/Figur
Produk Bahan Bangunan Ramah Lingkungan Lebih Diminati Konsumen di Indonesia

Produk Bahan Bangunan Ramah Lingkungan Lebih Diminati Konsumen di Indonesia

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau