JAKARTA, KOMPAS.com - Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Kamala Shirin Lakhdhir, memastikan pihaknya tetap berkomitmen menjalin kerja sama di sektor energi dengan pemerintah Indonesia.
Hal ini disampaikan Kamala, menyusul keputusan Presiden Donald Trump yang membawa AS keluar dari Just Energy Transition Partnership (JETP).
"Staf saya di kedutaan dan saya tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan Anda dan tim Anda untuk memperkuat kemitraan AS-Indonesia," kata Kamala dalam keterangan tertulis yang ditujukan kepada Menteri Luar Negeri H E Sugiono, Jumat (7/3/2025).
"Serta memajukan isu-isu energi dan investasi yang menjadi kepentingan bersama, termasuk melalui Development Finance Corporation (DFC)," imbuh dia.
Dengan DFC, kerja sama dilakukan untuk mencari proyek-proyek yang dipimpin oleh sektor swasta guna mendukung tujuan keamanan energi Indonesia.
Kamala menjelaskan, tiga tahun ke belakang Amerika Serikat bekerja sama dengan Indonesia dalam meningkatkan investasi di sektor energi melalui JETP.
Namun, usai dilantik Trump mengeluarkan Perintah Eksekutif Presiden Trump Nomor 14162. Negara ini lantas memprioritaskan efisiensi ekonomi, promosi kemakmuran Amerika, pilihan konsumen, dan pengendalian fiskal dalam semua keterlibatan luar negeri yang berkaitan dengan kebijakan energi.
"Perintah ini membatalkan dan mencabut Rencana Keuangan Iklim Internasional AS yang dikeluarkan oleh pemerintahan sebelumnya, termasuk kebijakan-kebijakan yang diterapkan untuk memajukan rencana tersebut," papar Kamala.
Akibatnya, Amerika Serikat tidak lagi menjadi anggota dari International Partners Group (IPG) untuk JETP di Indonesia, Afrika Selatan, serta Vietnam.
Menurut Kamala, penarikan tersebut hanya berlaku untuk partisipasi Amerika Serikat, dan tidak berlaku bagi anggota IPG lainnya.
"Kami berharap dapat terus membangun kemitraan strategis komprehensif dengan pemerintah Indonesia, masyarakat sipil, dan rakyat Indonesia," ucap dia.
Amerika Serikat Tarik Diri
Untuk diketahui, JETP yang terdiri dari 10 negara donor ini pertama kali diluncurkan pada pembicaraan iklim PBB di Glasgow, Skotlandia, tahun 2021.
Afrika Selatan, Indonesia, Vietnam, dan Senegal kemudian diumumkan sebagai penerima manfaat pertama dari pinjaman, jaminan keuangan, dan hibah untuk beralih dari batu bara.
Dikutip dari Reuters, Joanne Yawitch, kepala Unit Manajemen JETP di Afrika Selatan, menyebut bahwa AS telah mengomunikasikan penarikannya dari rencana tersebut di wilayah itu.
Komitmen AS untuk Indonesia dan Vietnam melebihi 3 miliar dollar AS secara total, sebagian besar melalui pinjaman komersial.
Sementara untuk Afrika Selatan, komitmen AS adalah 1,063 miliar dolar AS dari yang sebelumnya 11,6 miliar dolar AS. Sejak Presiden Donald Trump menjabat, AS telah memangkas bantuan asing dan memperjuangkan pengembangan bahan bakar fosil.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya