JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Reza Cordova, mengungkapkan air laut di Indonesia makin tercemar karena aktivitas manusia.
Pencemaran tersebut diakibatkan sampah plastik, industri, rumah tangga, aktivitas pertanian, perubahan iklim atau kenaikan suhu air laut.
Reza mengatakan bahwa pencemaran air laut berimbas pada ekosistem laut, kesehatan manusia, hingga perekonomian.
"Jika polutan masuk ke wilayah pesisir dan laut maka akan mengganggu kestabilan dari berbagai macam habitat laut," ujar Reza saat dihubungi, Senin (17/3/2025).
"Material pencemarnya ini bisa terlihat ataupun tidak terlihat. Sampah plastik contohnya bisa memasuki rantai makanan yang ada di laut, yang akhirnya mencemari produk seafood," imbuh dia.
Ia menyebutkan, mikroplastik dan logam berat yang masuk ke laut bakal mengakibatkan kematian langsung pada organisme laut yang akhirnya menurunkan keanekaragaman hayati.
Alhasil, produk panganan dari laut akan ikut menurun yang berefek pada sektor perekonomian.
Baca juga: Dampak Polusi Plastik pada Hewan, Burung Laut Alami Kerusakan Otak
"Pencemar dari polutan yang berbahaya dan beracun, seperti logam berat atau persisten organik polutan akan mengganggu proses metabolisme manusia. Selain itu juga dapat menyebabkan kerusakan saraf, gangguan pertumbuhan dan perkembangan hingga kematian," jelas Reza.
Menurutnya kualitas air laut di beberapa wilayah pesisir Indonesia, terutama yang padat penduduk dan memiliki aktivitas industri serta pertambangan besar cenderung mengalami penurunan.
Kondisi tersebut terkait dengan sejumlah faktor termasuk aktivitas manusia dan tingkat flushing rate atau laju pertukaran air di wilayah pesisir, yang berperan menjaga kualitas air.
"Memang bisa kita katakan wilayah padat penduduk seperti di Pulau Jawa atau wilayah yang memiliki aktivitas industri dan pertambangan yang besar, tetapi tidak dikelola dengan baik menjadi wilayah yang kualitas air lautnya cenderung rendah," papar Reza.
Berdasarkan data dari berbagai laporan dan publikasi ilmiah, penurunan kualitas air terjadi di Teluk Jakarta, laut Jawa, dan Selat Makassar.
"Ketiga wilayah tersebut merupakan contoh yang padat penduduk, menjadi jalur pelayaran utama di Indonesia, dan pengawasan lingkungannya perlu ditingkatkan," lanjut dia.
Adapun saat ini pemerintah telah memiliki regulasi terkait perlindungan laut. Namun, kata Reza, implementasi dari regulasi tersebut masih belum optimal.
"Penegakan hukum yang kuat dan tegas akan mendorong industri dan masyarakat untuk lebih bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan," tutur dia.
Upaya lainnya ialah melakukan konservasi maupun restorasi ekosistem laut yakni konservasi terumbu karang, padang lamun, hingga mangrove untuk mengembalikan keseimbangan pesisir laut yang telah rusak.
Baca juga: Polusi Indonesia Turun, tapi Masih Jauh di Atas Ambang WHO
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya