Sebagai bagian dari upaya menjaga keberlanjutan, AQUA Klaten memiliki dua Rumah Sumber Air, fasilitas khusus yang berfungsi untuk melindungi sumber air artesis dari kontaminasi serta memastikan air tetap dalam kondisi alami.
Rumah Sumber 1 berfungsi sebagai sumber utama air produksi AQUA. Sumur artesis di dalamnya dilindungi dengan proteksi ketat dan monitoring berkala untuk menjaga kualitas air.
Sementara itu, Rumah Sumber 2 digunakan untuk menyediakan akses air bersih bagi warga di lima desa sekitar sebagai program sosial perusahaan.
"Kami ingin memastikan masyarakat sekitar juga mendapatkan manfaat dari keberadaan sumber air ini. Karenanya, kami juga mengembalikan 10-15 persen dari total air yang diambil ke lingkungan sekitar, termasuk untuk irigasi pertanian," ucap Rama.
Baca juga: Cerita Sukses Desa Mundu Klaten yang Berhasil Ubah Limbah Jadi Berkah
Selain keberlanjutan sumber air, kualitas air dari sumur artesis juga jadi perhatian. Sebelum sumur digunakan, dilakukan studi selama lebih dari dua tahun guna memastikan air yang dihasilkan memenuhi standar Danone Group dan Standar Nasional Indonesia (SNI).
AQUA pun rutin melakukan pengujian laboratorium ketat guna memastikan amin aman dikonsumsi. Hal ini sekaligus untuk meluruskan kesalahpahaman yang beredar di masyarakat. Contohnya, anggapan bahwa air sumur artesis mengandung bromat atau senyawa lain yang berbahaya.
"Kami memastikan kandungan mineral dalam air tetap sesuai standar dan tidak menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat," jelas Rama.
Baca juga: Sekolah Lapang Pertanian Dorong Petani sebagai Garda Depan Konservasi Air
Sumur artesis hanya bisa berfungsi dengan baik jika pasokan air tanah tetap stabil. Salah satu faktor utama dalam keseimbangan air tanah adalah daerah resapan yang berperan dalam menyerap air hujan dan mengisi kembali cadangan akuifer.
Dalam siklus hidrogeologi, Heru menerangkan bahwa daerah resapan punya peran penting. Jika daerah ini rusak, daya serap tanah terhadap air akan menurun. Debit air dalam akuifer pun ikut berkurang.
"Air tanah tidak muncul begitu saja. Prosesnya panjang, mulai dari air hujan yang meresap, kemudian tersimpan di akuifer. Kalau daerah resapan terganggu, siklus ini akan rusak," katanya.
Maka dari itu, pemanfaatan air tanah perlu diimbangi dengan konservasi yang baik. Heru pun menekankan pentingnya sinergi antara industri, pemerintah, dan masyarakat. Pasalnya, air tidak hanya kebutuhan saat ini, tetapi juga warisan bagi generasi mendatang.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya