KOMPAS.com - Tahun ini, Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB atau UNESCO menambah 16 situs sebagai aman Bumi Dunia atau Global Geoparks.
Pengakuan tersebut secara resmi ditetapkan dalam Sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-221 di Paris, Perancis pada 2-17 April 2025.
Dari ke-16 situs tersebut, dua di antaranya terletak di Indonesia yakni Geopark Kebumen di Jawa Tengah dan Geopark Meratus di Kalimantan Selatan.
Baca juga: Geopark Kebumen dan Meratus Resmi Diakui Taman Bumi Dunia UNESCO
Dilansir dari situs web UNESCO, kedua taman bumi di Indonesia tersebut memiliki keunikan masing-masing.
Contohnya, Geopark Kebumen disebut menampilkan sejarah luar biasa tentang masa lalu geologi Bumi yang memamerkan formasi batuan tertua di Pulau Jawa.
Area utama dari Geopark Kebumen adalah situs Karangsambung, yang dinilai sebagai laboratorium alami batuan tepi samudra dan benua yang berasal dari puluhan juta tahun lalu.
Batuan ini menggambarkan teori tektonik lempeng, yang menunjukkan bagaimana dasar samudera purba terdorong ke permukaan.
Area ini mengungkap fosil dari ekosistem laut dan prasejarah purba, serta gua dan sungai bawah tanah.
Baca juga: UNESCO Minta Prioritaskan Nutrisi dalam Program Makanan Sekolah
Sementara itu, Geopark Meratus menawarkan catatan geologis yang menarik tentang evolusi tektonik yang kompleks yang dimulai pada periode Jurassic, yakni 201 hingga 145 juta tahun lalu.
Sejarah geologis yang dinamis di sana telah membentuk lanskap dan menumbuhkan keanekaragaman hayati yang kaya, termasuk berbagai jenis anggrek.
Geopark Meratus juga memainkan peran utama dalam memulihkan ekosistem mangrove yang penting bagi kelangsungan hidup spesies Bekantan.
Delegasi Tetap RI untuk UNESCO Duta Besar Mohamad Oemar menyampaikan, status UNESCO Global Geoparks yang diemban ke-12 taman bumi di Indonesia tersebut mengandung makna tanggung jawab.
"Makna tanggung jawab untuk melestarikan, mengelola secara berkelanjutan, serta mempromosikan kekayaan geologis dan budaya yang dimiliki," kata Oemar dikutip dari situs web Kementerian Luar Negeri.
Baca juga: UNESCO Validasi Ulang Status Geopark 2 Gunung di NTB
Oemar menambahkan, pengakuan UNESCO ini merupakan bukti nyata kontribusi Indonesia dalam menjaga warisan bumi yang bernilai universal.
"Sekaligus membawa amanah untuk memperkuat komitmen Indonesia untuk perlindungan alam, pemberdayaan masyarakat lokal, dan edukasi global," jelasnya.
Selain dua taman bumi di Indonesia, Sidang Dewan Eksekutif UNESCO juga menyetujui 14 usulan geopark baru.
Semuanya dinominasikan UNESCO Global Geoparks Council dalam Sidang Konsil Geopark UNESCO pada September dan Desember 2024 lalu.
Masing-masing adalah Kanbula dan Yunyang di China; Mt Paektu di Korea Utara; Napo Sumaco dan Tungurahua di Ekuador; dan Mur di Italia.
Baca juga: Unesco Sebut 251 Juta Anak di Seluruh Dunia Masih Putus Sekolah
Selain itu ada Fjord Coast di Norwegia, Danyang dan Gyeongbuk di Korea Selatan; Salma dan North Riyadh di Arab Saudi; Costa Quebrada di Spanyol; Arran di Inggris; dan Lang Son di Vietnam.
Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay mengatakan, dalam 10 tahun terakhir, Daftar Geopark UNESCO telah menjadi model untuk konservasi warisan geologi.
Selain itu, adanya daftar tersebut juga mendukung proyek pendidikan, mempromosikan pariwisata berkelanjutan dan menjaga pengetahuan serta tradisi tetap hidup melalui partisipasi aktif masyarakat lokal dan adat.
"Hal ini terjadi, misalnya, di Geopark Katla di Islandia, tempat sekolah-sekolah setempat terlibat aktif dalam penelitian ilmiah yang dilakukan di lanskap ini, yang melestarikan memori sistem vulkanik dan glasial melalui aliran lava dan pantai berpasir hitamnya," kata Azoulay dikutip dari situs web UNESCO.
Baca juga: Raja Ampat Diusulkan Jadi Cagar Biosfer UNESCO
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya