Penulis
KOMPAS.com - Untuk kali pertama dalam sejarah, kapasitas pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di China berhasil melampaui pembangkit listrik termal.
Pembangkit listrik termal adalah fasilitas yang menghasilkan listrik dengan memanfaatkan energi pembakaran seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) atau pembangkit listrik tenaga gas (PLTG).
Regulator energi China, Administrasi Energi Nasional China, menyebutkan, total kapasitas terpasang PLTB dan PLTS di "Negeri Panda" mencapai 1.482 gigawatt (GW).
Baca juga: Jadi Tuan Rumah KTT Iklim COP30, Brasil Bujuk China hingga Eropa Lebih Ambisius
Pada kuartal pertama tahun ini, produksi listrik dari PLTB dan PLTS mencapai 536.400 gigawatt hour (GWh), sebagaimana dilansir Xinhua, Kamis (24/4/2025).
Produksi tersebut mencakup 22,5 persen dari total konsumsi listrik di China, naik 4,3 poin persentase dari periode yang sama tahun lalu.
Akhir tahun lalu, kapasitas pembangkit listrik terbarukan di China sudah mencapai 1.410 GW dan telah melampaui kapasitas PLTU.
Angka tersebut mencakup lebih dari 40 persen dari total kapasitas pembangkit listrik di China.
Industri energi terbarukan "Negeri Panda" telah mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir karena meningkatkan upaya untuk mendekarbonisasi ekonomi.
Baca juga: 75 Tahun Hubungan RI-China Jadi Momentum Perkuat Pembangunan Hijau
Sejak 2013, kapasitas terpasang PLTB di negara ini telah tumbuh enam kali lipat, sementara kapasitas terpasang PLTS telah melonjak lebih dari 180 kali lipat.
Instalasi PLTB dan PLTS tahunan di China mencapai lebih dari 40 persen dari total global, yang secara signifikan berkontribusi terhadap pembangunan hijau dunia.
Pada Agustus tahun lalu Administrasi Energi Nasional menerbitkan buku putih yang berisi banyak daftar pencapaian "Negeri Panda".
Buku putih tersebut juga memuat sejumlah langkah yang sudah diumumkan sebelumnya, mulai dari memajukan teknologi penyimpanan energi hingga mempromosikan konservasi energi.
Terdapat juga bab yang mempromosikan kerja sama energi hijau di bawah program infrastruktur Belt and Road Initiative (BRI).
Baca juga: Agresif dalam Energi Terbarukan, China Juga Gaspol Batu Bara hingga 2027
Kepala Administrasi Energi Nasional Zhang Jianhua mengatakan, China akan terus mereformasi sistem ketenagalistrikannya serta menyerukan reformasi yang berorientasi pasar.
Dia menambahkan, China juga memperluas pasar spot, mempromosikan perdagangan listrik hijau, dan mengganti bahan bakar fosil dengan energi terbarukan.
Zhang menambahkan, tahun lalu China menginvestasikan 676 miliar dollar AS atau sekitar Rp 10 kuadriliun dalam transisi energinya.
Mengutip angka dari organisasi penelitian BloombergNEF, diperkirakan investasi transisi energi China mencapai 38 persen dari total dunia, sebagaimana dilansir Reuters.
Beberapa tahun belakang, China muncul sebagai pemimpin global dalam transisi energi terbarukan, meskipun sistem ketenagalistrikannya masih sangat bergantung pada batu bara.
Baca juga: Matahari Buatan China Pecahkan Rekor, Suhu Menyala 100 Juta Derajat Celsius
Ketika ditanya apakah emisi karbon China dapat mencapai puncaknya sebelum target 2030, Wakil Direktur Departemen Perencanaan Administrasi Energi Nasional Song Wen berjanji tidak akan mengubah target.
"Target karbon ganda tidak akan diubah dan target-target utama yang telah kami janjikan tidak akan diubah," ucapnya.
China sendiri telah menargetkan dapat memasang 1.200 gigawatt (GW) pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) pada 2030.
Akan tetapi, melonjaknya pengembangan energi terbarukan di sana membantu China memenuhi tujuan tersebut pada Juli, alias enam tahun lebih awal.
Ketika ditanya apakah China dapat menetapkan tujuan energi terbarukan yang lebih ambisius untuk tahun 2030, Direktur Departemen Energi Baru Administrasi Energi Nasional Li Changjun menjawab, China akan mengajukan tujuan dan langkah-langkah baru berdasarkan kondisi nasionalnya.
Baca juga: Perusahaan China Kembangkan Baterai Nuklir, Bisa Tahan 50 Tahun
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya