Tantangan berikutnya adalah membangun infrastruktur pipa yang menyambungkan tandon penampung air ke lebih banyak rumah.
Irwan menambahkan bahwa saat diskusi—yang juga melibatkan perempuan—warga memutuskan untuk membuat sistem pompa air tenaga surya tanpa baterai penyimpanan energi. Alasannya, selain karena biaya baterai yang mahal, juga karena pertimbangan lingkungan.
Keputusan tersebut mencerminkan wawasan lingkungan yang dimiliki para perempuan.
Namun, Irwan menyatakan bahwa masih perlu lebih banyak perempuan yang memahami energi terbarukan. Kondisi di SMK-nya mencerminkan hal itu.
“Saat awal, jurusan energi terbarukan di SMK kami punya sejumlah siswa perempuan. Sekarang nol. Mungkin karena banyak perempuan belum tahu manfaatnya. Kita masih perlu meningkatkan jumlah perempuan yang tertarik belajar soal ini,” jelasnya.
Baca juga: Peneliti UI Bikin Tabung Listrik Motor Konversi, Bisa Di-charge Tenaga Surya
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya