Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelola Pesisir Derawan, Tekan Emisi Setara 72.000 Ton CO2

Kompas.com, 26 Mei 2025, 10:05 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) mengungkapkan, rehabilitasi karbon biru di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur berpotensi mengurangi emisi hingga 72.505 ton CO2 ekuivalen per tahun.

Hal ini berdasarkan studi di Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kepulauan Derawan dan Perairan Sekitarnya (KKP3K-KDPS).

“KKP3K-KDPS memiliki nilai penting untuk mitigasi perubahan iklim, pelestarian keanekaragaman hayati," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kalimantan Timur, Irhan Hukmaidy, dalam keterangannya, Senin (26/5/2025).

"Inisiatif ini mencerminkan komitmen kami terhadap pengelolaan wilayah pesisir yang berkelanjutan melalui inovasi, sains, dan kolaborasi," imbuh dia.

Baca juga: 4 Alasan Tahun 2025 Jadi Titik Balik Ekonomi Biru

Dia menyebut, pengelolaan yang terintegrasi dan terkoordinasi dari sektor karbon hijau serta karbon biru penting dilakukan.

KKP3K-KDPS yang terletak di Bentang Laut Sulu Sulawesi dengan total luas 285.548 hektare memiliki keanekaragaman hayati laut dan pesisir.

Kawasan ini dikenal sebagai jalur migrasi biota laut serta merupakan wilayah perikanan bernilai ekonomis tinggi. Selain itu, terdiri dari hutan mangrove seluas 17.704 hektare, padang lamun seluas 1.808 hektare, hingga habitat bagi 397 spesies.

Untuk mendukung pembiayaan konservasi, YKAN bersama para mitra melakukan studi kelayakan awal untuk menilai potensi nilai ekonomi karbon berdasarkan standar yang ada.

Studi menunjukkan bahwa ekosistem karbon biru di KKP3K-KDPS bernilai ekonomi untuk pengelolaan kawasan secara berkelanjutan.

Baca juga: Bagaimana Karbon Biru Membuat Warga Kolumbia Bahagia?

“Kami memberikan apresiasi kepada YKAN dan mitra yang telah melakukan studi ini, sehingga berguna untuk basis data potensi karbon, keanekaragaman hayati, dan strategi pengembangan nilai ekonomi karbon biru nantinya," papar Irhan.

Ia menyatakan, hasil studi pemanfaatan karbon biru harus menghasilkan strategi dan aksi mitigasi perubahan iklim di Kalimantan Timur.

"Harapan kami ekosistem karbon biru tetap terjaga dan juga bisa melindungi khususnya wilayah pantai, menjadi wilayah penyangga, mencegah erosi dan bencana alam di Provinsi Kalimantan Timur," jelas Irhan.

Sejauh ini, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang bertugas mengelola Kepulauan Derawan dan sekitarnya tengah menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan-Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD).

Dengan begitu, karbon biru akan mendukung unit pengelola dalam mencapai tujuan pembiayaan berkelanjutan bagi konservasi maupun pengelolaan ekosistem mangrove dan lahan basah.

Baca juga: ASEAN Blue Innovation Expo 2025, UNDP Dorong Ekonomi Biru untuk Masa Depan Hijau

Perwakilan Direktorat Konservasi Ekosistem KKP, Leny Dwihastuty, menilai rencana pengembangan proyek karbon biru sejalan dengan target pemerintah terkait ekonomi biru dan Nationally Determined Contribution (NDC) 2030.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
LSM/Figur
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Pemerintah
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
LSM/Figur
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
LSM/Figur
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
LSM/Figur
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
LSM/Figur
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Pemerintah
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
Pemerintah
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
LSM/Figur
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Pemerintah
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Pemerintah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
Pemerintah
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
Pemerintah
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
LSM/Figur
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau