Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Intervensi Budaya lewat Olahraga, Pinggang Penenun Kupang Kini Bebas Rasa Sakit

Kompas.com - 29/05/2025, 18:52 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tim peneliti Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), melakukan intervensi kesehatan bagi para penenun tradisional di Kelurahan Manutapen, Kecamatan Alak, Kota Kupang. 

Tim Undana itu terdiri dari  Dr. Luh Putu Ruliati, SKM.,M.Kes, Agus Setyobudi, SKM.,M.Kes, drh. Galuh Wiedani Kusuma Dyah Larasati,M.Si dan Dr. Imelda F.E. Manurung, SKM.,M.Kes,

Ketua Tim Undana Kupang, Luh Putu Ruliati, mengatakan, nyeri pinggang dan punggung sudah lama menjadi keluhan umum di kalangan penenun tradisional di Kelurahan Manutapen.

Menurutnya, posisi duduk membungkuk dalam jangka waktu lama, yang menjadi ciri khas pekerjaan menenun. Kondisi itu, memicu masalah kesehatan. 

"Program intervensi ini melibatkan edukasi tentang teknik peregangan dasar yang menargetkan otot-otot pinggang, punggung, leher, dan bahu yang seringkali tegang,"kata Ruliati, kepada Kompas.com, Rabu (28/5/2025). 

Para penenun, lanjut dia, diajarkan untuk melakukan gerakan-gerakan ini selama lima menit di sela sela bekerja pada pukul 10.00 hingga pukul 15.30 sore. 

Gerakan-gerakan ini meliputi peregangan pinggang, peregangan punggung, rotasi tubuh, dan peregangan leher, tangan dan kaki yang semuanya dirancang untuk meningkatkan fleksibilitas dan mengurangi ketegangan otot. 

Tentunya, bertujuan untuk membiasakan para penenun melakukan gerakan peregangan sederhana namun efektif di jeda waktu menenun mereka. 

Baca juga: Cegah Wabah karena Iklim, Indonesia Perkuat Sistem Kesehatan dengan AI

"Kami menyadari bahwa jam kerja yang panjang membuat para penenun rentan terhadap nyeri pinggang dan punggung. Peregangan singkat ini dirancang agar mudah dilakukan di tempat, tanpa mengganggu ritme kerja mereka secara signifikan," ujar Ruliati. 

Dia menyebutkan, hasil awal dari program ini sangat menggembirakan. 

"Banyak penenun melaporkan penurunan signifikan dalam intensitas nyeri pinggang dan punggung setelah rutin melakukan peregangan," kata Ruliati. 

Penerapan intervensi peregangan ini bukan hanya sekadar mengurangi nyeri pinggang dan nyeri punggung, tetapi juga berpotensi meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas para penenun. 

Dengan tubuh yang lebih nyaman, mereka dapat menenun dengan lebih fokus dan bersemangat.

Keberhasilan program ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi pekerja informal  lainnya yang juga melakukan aktifitas pekerjaan dengan sikap tubuh statis dalam waktu lama.

Ruliati berharap, kegiatan ini dapat terus berlanjut dan bahkan diperluas, sehingga lebih banyak penenun tradisional di Manutapen dan sekitarnya dapat merasakan manfaatnya. 

"Ini adalah langkah kecil namun berarti menuju kesehatan masyarakat yang lebih baik bagi para pahlawan pelestari budaya Tenun Tradisional di Wilayah Kepulauan Semi Ringkai NTT," ujar dia. 

Martha, salah satu penenun senior di Manutapen, mengaku terbantu dengan inovasi yang disampaikan para peneliti Undana ini. 

"Dulu, setiap sore punggung saya terasa sangat pegal dan kaku. Sekarang, setelah sering melakukan peregangan yang diajarkan, rasanya jauh lebih ringan," kata Martha

Baca juga: Perubahan Iklim Pengaruhi Kesehatan Ibu Hamil

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Pemerintah
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
LSM/Figur
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Pemerintah
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Pemerintah
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
LSM/Figur
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Pemerintah
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Pemerintah
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Pemerintah
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
LSM/Figur
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pemerintah
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Swasta
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Pemerintah
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Pemerintah
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BUMN
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau