Kamu juga sebaiknya menggunakan desain ventilasi malam yang bisa mengeluarkan panas dari dalam rumah saat malam hari, agar suhu lebih sejuk keesokan paginya.
3. Pasang ‘overhang’ atap
Banyak rumah modern di iklim tropis tidak memiliki overhang atau sun-shading, sehingga sinar matahari mudah masuk dan terperangkap di dalam rumah. Akibatnya, suhu ruangan menjadi panas dan membuat gerah.
Untuk mengatasinya, kamu bisa memasang overhang sebagai pelindung atap dari cahaya matahari langsung. Untuk hasil yang lebih maksimal, kamu bisa memasang kanopi atau atap tambahan di atas jendela/pintu dan tanaman sebagai pelindung alami bangunan dari sengatan terik matahari.
4. Pilih material bangunan yang tepat
Material dinding/atap juga penting diperhatikan. Bahan bangunan berat seperti beton bata menyimpan panas sepanjang hari dan melepasnya di malam hari. Hal ini bisa membuat rumah panas saat malam hari. Oleh karena itu, sebaiknya pilih material dengan kemampuan insulasi panas yang baik agar suhu dalam rumah tetap nyaman, seperti busa polimer, wol, aluminium foil, dan berbagai jenis busa.
Kebutuhan energi bisa ditekan drastis
Dengan menerapkan prinsip-prinsip di atas, kebutuhan listrik untuk lampu dan pendingin udara bisa ditekan drastis.
Kami menguji penerapan prinsip-prinsip desain yang sesuai dengan iklim lokal tropis ini di bangunan Universitas Shinawatra, Pathumthani, Thailand. Hasilnya, penghematan energi bisa mencapai 80 persen dibandingkan bangunan konvensional.
Jika semua bangunan di kota-kota tropis, termasuk Indonesia menerapkan pola yang sama, tentu penghematan energi akan sangat besar.
Prinsip nature-friendly house design atau desain rumah ramah lingkungan ini mungkin tampak sederhana, sehingga sering diabaikan. Padahal, ini penting untuk mengurangi konsumsi energi skala rumah tangga yang akumulasinya berdampak besar pada skala kota. Efisiensi energi kota-kota kawasan tropis seperti negara kita seharusnya dilakukan di setiap kesempatan yang ada, tanpa mengorbankan kenyamanan penghuni.
Intinya, kalau kamu membangun atau membeli rumah, sebaiknya bukan cuma gaya-gayaan dan berfokus pada fasad (muka bangunan) atau tampak luarnya yang estetik saja. Hal terpenting adalah memilih material dan bentuk bangunan sesuai dengan cuaca untuk mencapai kenyamanan dengan minim energi.
Baca juga: Misi Hijau Dama Kara, Membuat Batik Inklusif dan Ramah Lingkungan
* Assistant Professor at Department of Civil Engineering Faculty of Engineering, King Mongkut's Institute of Technology Ladkrabang, Thailand
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya