Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lahan Bekas Tambang Solusi Pembiayaan Pembangunan PLTS

Kompas.com - 20/06/2025, 16:09 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) mengungkapkan bahwa lahan bekas pertambangan bisa dibangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk menambah kapasitas listrik nasional.

Wakil Ketua Dewan Pakar Bidang Riset dan Teknologi AESI, Arya Rezavidi, menyampaikan upaya tersebut juga tengah didorong Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) lantaran mayoritas bekas galian tambang ditinggalkan begitu saja. Bahkan, bekas pertambangan hanya menjadi danau.

"Jadi dari sisi lahan kan itu sudah tidak bermanfaat karena tidak lagi produktif dan itu bisa dimanfaatkan. Adaro sudah menggunakan di Kalimantan, ada bekas galian tambangnya yang sudah menjadi danau," ujar Arya ditemui di Jakarta Selatan, Kamis (19/6/2025).

Baca juga: 300 GW Energi Bersih Didapat jika Ubah Lahan Tambang Jadi PLTS, 59 GW dari Indonesia

Adaro, lanjut dia, telah memasang PLTS terapung yang mengalirkan listrik untuk kebutuhan perusahaannya sendiri. Arya mengakui, rata-rata tambang berada di luar Jawa yang jauh dari jaringan listrik nasional.

"Kalau untuk dijual listriknya ke PLN memang saya belum mendengar apakah mereka sudah bisa manfaatkan. Karena rata-rata kan jauh dari pusat-pusat bebannya," kata dia.

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Penggunaan lahan bekas tambang dinilai menjadi solusi untuk menekan pembiayaan pembangunan PLTS. Pasalnya, pembangkit berskala besar memerlukan lahan yang luas.

Sementara, harga tanah di wilayah Jawa yang mahal akan menyulitkan pengembangan PLTS skala besar. Arya menyebut, lahan bekas tambang cenderung lebih murah dan biasanya hanya perlu disewa.

"Ini harusnya bisa dilakukan supaya investasinya menjadi murah. Karena kalau di Jawa atau di daerah perkotaan diletakkan PLTS ini apalagi skalanya besar-besar, itu nanti mahal di pengadaan tanahnya. Sekarang juga didorong untuk penggunaan (PLTS) di atas danau," papar Arya.

Baca juga: Bali Punya PLTS Atap Berkapasitas 10,9 GW tapi Pemanfaatannya Baru 1 Persen

Dia mengusulkan skema kerja sama antara perusahaan tambang dengan penyedia listrik swasta atau independent power producer (IPP). Dengan begitu, listrik dari perusahaan swasta bisa dijual ke PT PLN.

"Makanya apakah nanti misalnya ada IPP yang kerja sama dengan perusahaan tambang, memanfaatkan lahan-lahan mendiri, menyewa atau perusahaan tambang itu sendiri menjadi IPP," ucap Arya.

Namun, dia menekankan bahwa IPP yang hendak menjual listriknya perusahaan tersebut harus terdaftar di PLN.

Diberitakan sebelumnya, Global Energy Monitor (GEM) menganalisis potensi pembangkitan energi surya di lahan bekas tambang di Indonesia mencapai 59 gigawatt (GW).

GEM mengamati 312 lahan tambang yang tak terpakai sejak 2020, dan menemukan luas yang berpotensi dipakai untuk area pembangkitan energi surya mencapai 2.089 km persegi yang bisa menghasilkan 103 GW.

Baca juga: Instalasi PLTS Global Diprediksi Tembus 1TW per Tahun di 2030

Analisis lebih lanjut mengungkap adanya lahan seluas 3.731 km persegi yang akan ditinggalkan oleh operator sebelum tahun 2030. Sehingga, akan ada lahan seluas 5,820 km persegi yang berpotensi dipakai untuk energi surya dan bisa membangkitkan sekitar 300 GW atau 15 persen dari total energi terpasang.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
Pemerintah
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
LSM/Figur
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Swasta
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Pemerintah
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Pemerintah
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
LSM/Figur
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
BUMN
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
LSM/Figur
Menteri LH Minta Perusahaan Bantu Kelola Sampah Warga Pakai Dana CSR
Menteri LH Minta Perusahaan Bantu Kelola Sampah Warga Pakai Dana CSR
Pemerintah
Lumba-Lumba Muncul di Laut Jakarta, Jadi Momentum Perkuat Perlindungan Perairan
Lumba-Lumba Muncul di Laut Jakarta, Jadi Momentum Perkuat Perlindungan Perairan
LSM/Figur
Kemenperin Dorong Industri Lapor Emisi Lewat SIINas
Kemenperin Dorong Industri Lapor Emisi Lewat SIINas
Pemerintah
Pertamina Gandeng Kelompok Tani Hutan Perkuat Perhutanan Sosial
Pertamina Gandeng Kelompok Tani Hutan Perkuat Perhutanan Sosial
BUMN
Pemerintah Resmikan Pasar Perdagangan Sertifikat EBT ICDX
Pemerintah Resmikan Pasar Perdagangan Sertifikat EBT ICDX
Swasta
Perubahan Iklim, Situs Warisan Dunia Terancam Kekeringan atau Banjir
Perubahan Iklim, Situs Warisan Dunia Terancam Kekeringan atau Banjir
LSM/Figur
Ancaman Tersembunyi Perubahan Iklim, Bikin Nutrisi Makanan Turun
Ancaman Tersembunyi Perubahan Iklim, Bikin Nutrisi Makanan Turun
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau