JAKARTA, KOMPAS.com — Populasi global hiu paus (Rhincodon typus) yang tersebar di sepanjang jalur migrasinya telah mengalami penurunan drastis hingga 50 persen.
Hiu paus membutuhkan laut yang aman untuk bertahan hidup. Namun, kondisi perairan yang saat ini semakin mengkhawatirkan, meningkatkan ancaman bagi spesies ini.
Iqbal Herwata, Focal Species Conservation Senior Manager Konservasi Indonesia, mengatakan berdasarkan kajian tagging hiu paus, menunjukkan bahwa 92 persen ruang gerak horizontal yang digunakan hiu paus tumpang tindih dengan lalu lintas kapal besar.
“Studi tersebut juga menunjukkan bahwa estimasi risiko tabrakan berkorelasi erat dengan laporan kematian hiu paus akibat tabrakan kapal, menunjukkan tingkat mortalitas lebih tinggi di wilayah dengan tingkat tumpang tindih tertinggi,” ujar Iqbal sebagaimana dikutip dari keterangan tertulisnya pada Jumat (27/6/2025).
Lebih lanjut, Iqbal mengatakan bahwa untuk mengatasi masalah yang ada, di dalam studi tersebut dijelaskan pendekatan berbasis musim, yaitu di wilayah-wilayah tertentu yang menjadi lokasi migrasi atau agregasi hiu paus, perlu diterapkan zona manajemen musiman dengan pembatasan kecepatan kapal maksimal 10 knot.
Baca juga: Lindungi Hiu Paus, Indonesia dan Timor Leste Rancang Konservasi Lintas Batas
Selain itu, diterapkan juga zona perlambatan temporer yang diberlakukan setelah deteksi keberadaan satwa hingga pelarangan melintas di area penting saat musim agregasi. Pendekatan ini dinilai mampu mengurangi interaksi berisiko tinggi.
Iqbal mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan studi simulasi mitigasi ini di habitat inti hiu paus di Teluk Meksiko. Hasilnya dinilai efektif mengurangi risiko tabrakan dengan hiu paus tanpa membebani operasional kapal.
“Teknologi juga memegang peran penting dalam mitigasi ini. Pemanfaatan buoy akustik (alat sensor suara), radar termal, serta platform deteksi real-time memungkinkan pelacakan mamalia laut dan hiu paus secara harian,” ujar Iqbal.
Dengan menggabungkan data tagging satelit dan sistem pelacakan kapal, zona risiko tinggi dapat diidentifikasi dan peringatan dini bisa diberikan kepada operator kapal. Menurutnya, hal ini sangat penting untuk pencegahan tabrakan.
Sementara itu, Pertamina International Shipping (PIS) sebagai unit usaha Pertamina yang bergerak di bidang industri perkapalan dan logistik maritim bersama Konservasi Indonesia (KI) mendorong perlindungan koridor ekologis laut melalui kegiatan Edukasi Koridor Satwa Laut, yang melibatkan peningkatan literasi bagi 130 pelaut PIS. Kegiatan ini digelar di Jakarta pada Rabu (25/6/2025).
Direktur Armada Pertamina International Shipping, Muhammad Irfan Zainul, menegaskan komitmen dunia industri perkapalan dan logistik maritim dalam upaya konservasi ini.
Menurutnya, keselamatan spesies besar laut seperti hiu paus bukan hanya tanggung jawab lembaga konservasi, tapi juga industri pelayaran.
“PIS mendukung pengembangan jalur pelayaran ramah satwa,” ujar Irfan.
Lebih lanjut, Irfan mengatakan bahwa keterlibatan industri perkapalan dan logistik dalam konservasi spesies laut juga berkontribusi pada penguatan reputasi industri ini di mata dunia.
Irfan menegaskan bahwa pihaknya ingin menjadi contoh bahwa pelayaran modern bisa berjalan seiring dengan upaya pelestarian laut, sekaligus mendukung komitmen PIS dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 14 (Life Below Water).
Baca juga: Konservasi Bukan Beban, Model Pelestarian Hiu Paus Bisa Jadi Strategi Nasional
“Inisiatif perlindungan koridor migrasi bukan hanya soal spesies, tapi soal keberlanjutan laut sebagai sumber kehidupan,” pungkasnya.
Memahami pergerakan hiu paus merupakan kunci dalam menyelamatkan populasi mereka. Dalam konteks konservasi, pemulihan bisa memakan waktu hingga satu abad, dan Indonesia berada di jalur penting migrasi spesies terancam punah ini.
Mengetahui pergerakan mereka, kapan, ke mana mereka pergi, serta durasi singgah, adalah kunci perlindungan yang efektif, termasuk mencegah tabrakan kapal yang menjadi salah satu ancaman utama.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya