Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kunci Kota Tangguh Iklim: Pemkot yang Proaktif, Berani Ambil Risiko

Kompas.com, 15 Juli 2025, 19:23 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Studi dari University of Kansas di Amerika Serikat menemukan bahwa kota yang pemerintahannya proaktif, mau belajar, dan berani mengambil risiko, cenderung lebih sukses dalam menerapkan strategi ketahanan iklim yang kuat dan ambisius.

Temuan tersebut didapat berdasarkan analisis data dari 386 kota di AS.

Kota-kota ini menerapkan konsep kapasitas tata kelola transformatif (Transformative Governance Capacity/TGC).

Konsep tersebut menyoroti bahwa kemampuan suatu kota dalam belajar, bersikap proaktif, dan berani mengambil risiko adalah kunci untuk menerapkan kebijakan iklim yang inovatif dan ambisius.

Studi ini menemukan bahwa kota-kota dengan gaya pemerintahan yang transformatif (TGC tinggi) lebih sering bergabung dengan program Federal Emergency Management Agency (FEMA) yang bertujuan mengurangi risiko banjir.

Baca juga: Adipura Kini Bukan Cuma Penghargaan, Kota Kotor Terancam Kehilangan Anggaran

Kota-kota itu juga mencapai skor yang lebih baik dalam program tersebut, menandakan bahwa pemerintahan yang proaktif dan berani mengambil risiko cenderung menerapkan kebijakan iklim yang lebih ambisius dan berorientasi jangka panjang.

Mengutip Phys, Selasa (15/7/2025), studi ini pun menunjukkan bahwa cara kota-kota belajar, merencanakan, dan mengelola risiko sangat penting untuk menciptakan kebijakan iklim yang berhasil.

Dengan memahami perilaku ini, kita pun bisa lebih baik dalam mendukung pemerintah lokal menghadapi masalah lingkungan yang rumit.

"Penelitian ini termotivasi oleh kenyataan bahwa pendekatan biasa dalam menghadapi perubahan iklim dan bencananya sudah tidak efektif. Perlu ada 'transformasi' besar, bukan sekadar perbaikan kecil, demi menjamin kesejahteraan, terutama di kota-kota yang padat masalah," papar Rachel Krause, ketua studi ini.

"Transformasi itu proses berkelanjutan, bukan tujuan akhir dan proyek bertujuan mengukur kemampuan tata kelola transformatif kota. Ide penting lainnya adalah bahwa keputusan di kota dibuat oleh individu-individu, bukan 'kota' itu sendiri, dan keputusan itu terjadi dalam jaringan profesional," tambahnya.

Penelitian ini adalah yang pertama membuktikan bahwa kapasitas tata kelola transformatif (TGC) sangat penting dalam mendorong kebijakan iklim ambisius di tingkat lokal.

Baca juga: Panas Ekstrem, Bagaimana Pohon Bisa Jadi AC Alami untuk Seluruh Kota?

Studi ini juga menemukan bahwa kota-kota bisa menerapkan kebijakan transformatif bukan hanya karena punya banyak sumber daya atau ukuran yang besar, tapi juga karena budaya internal dan gaya kepemimpinan mereka.

"Studi ini menawarkan wawasan praktis untuk membangun kota yang lebih tangguh," kata S. Mohsen Fatemi, kandidat doktoral yang juga salah satu peneliti dalam studi.

Menurutnya, di era meningkatnya risiko iklim dan ketidakpastian kebijakan, kota-kota yang dapat belajar, bereksperimen, dan bertindak berani berada di posisi yang lebih baik untuk melindungi komunitas mereka dan memimpin perubahan yang berarti.

"TGC menyoroti sifat-sifat perilaku yang memungkinkan kota untuk mengadopsi kebijakan yang ambisius. Bagi para pembuat kebijakan, ini berarti bahwa mengembangkan TGC dapat membuka inovasi, memperkuat ketahanan lokal, dan memberdayakan kota untuk memimpin perubahan transformatif bahkan di tengah kendala politik atau keuangan," katanya lagi.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
Pemerintah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
LSM/Figur
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
Swasta
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Swasta
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
LSM/Figur
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
LSM/Figur
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
LSM/Figur
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Pemerintah
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
Pemerintah
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
LSM/Figur
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
LSM/Figur
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Pemerintah
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
LSM/Figur
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau