Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemampuan Survival Orang Indonesia Berkurang akibat Politik Bansos dan Krisis Iklim

Kompas.com - 05/08/2025, 14:14 WIB
Manda Firmansyah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat Indonesia yang selama berabad-abad mampu hidup dan memenuhi kebutuhan dari lingkungan, telah kehilangan kemampuannya untuk berdaya akibat krisis iklim dan politik bantuan sosial (bansos).

Ketua Senat Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Hilmar Farid menilai, bansos mengubah pola makan dan kebudayaan masyarakat Indonesia hingga menyebabkan resiliensinya menurun.

"Kalaupun dia (petani) sekarang misalnya bertani produk yang mencari keuntungan, bukan memenuhi kebutuhan, maka orang (petani) bisa mengalami gagal panen, tinggal di (kawasan) pertanian, tetapi kelaparan dan terpaksa harus makan beras raskin. Itu paradoks yang kita hadapi," ujar Hilmar dalam kuliah umum Bumi, Sejarah, dan Kita; Membaca Ulang Nusantara dalam Krisis Iklim yang disiarkan akun Youtube Indonesia untuk Kemanusiaan pada Selasa (29/7/2025).

Baca juga: Tinggal 3 Tahun, Kita Kehabisan Waktu Atasi Krisis Iklim jika Tak Gerak Cepat

Di sisi lain, gagal panen sudah menjadi gejala rutin di Indonesia. Setiap tahun, ribuan hektar lahan pertanian gagal panen karena kelebihan atau kekurangan air.

Kalender Tradisional Tak Lagi Relevan

 

Hilmar mengungkapkan, masyarakat di Indonesia sebenarnya memiliki kalender tradisional. Seperti di Jawa, kalender itu diberi nama pranata mangsa. Namun saat ini kalender tersebut tidak relevan akibat krisis iklim.

Krisis iklim telah berdampak pada pranata-pranata yang dahulu sangat efektif membantu masyarakat menghadapi gejolak.

Misalnya lumbung, yang merupakan salah satu cerminan bahwa masyarakat Indonesia memiliki mekanisme untuk bertahan.

Di masa lalu, lumbung sangat efektif untuk menjawab berbagai gangguan seperti cuaca buruk atau gagal panen.

"Sekarang, seluruh pranata seperti ini mengalami krisis yang luar biasa hebat, karena iklim dan politik," tutur Hilmar.

Baca juga: Kata Menko Pangan Zulhas, Kunci Ketahanan Pangan adalah AI dan Sensor

Kerusakan akibat krisis iklim dan bansos, kata dia, sebetulnya sudah multi dimensi. Krisis lingkungan, sosial, politik, hingga ekonomi yang terjadi bersamaan menyebabkan persoalan besar dan untuk memperbaikinya bukanlah hal mudah.

Pergerakan Ikan Ikut Berubah

Menurut Hilmar, nelayan dari sejumlah daerah di Indonesia saat ini juga memiliki masalah sangat besar lantaran perubahan suhu yang mempengaruhi pergerakan ikan.

"(Sekarang) pergerakan ikan itu berbeda sama sekali, kalau dulu mereka bilang kita cukup sedikit lepas pantai dengan minyak terbatas, kita bisa dapat ikan, sekarang kita harus isi tangki full  untuk bisa ke tengah laut," ucapnya.

Hilmar menyebut, nelayan-nelayan di wilayah Indonesia bagian timur, terutama pulau-pulau kecil, turut mengalami dampak krisis iklim yang tampak jelas. Bahkan, krisis iklim di wilayah Indonesia bagian timur bukanlah sesuatu yang dibayangkan nanti akan terjadi.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menilik Peran Sawit dalam Gaya Hidup Modern Berkelanjutan
Menilik Peran Sawit dalam Gaya Hidup Modern Berkelanjutan
BrandzView
Batang Toru dan Ujian Keberlanjutan di Sumatra Utara
Batang Toru dan Ujian Keberlanjutan di Sumatra Utara
LSM/Figur
Sejarawan: Masalah Krisis Iklim Dimulai Sekitar 200 Tahun Lalu
Sejarawan: Masalah Krisis Iklim Dimulai Sekitar 200 Tahun Lalu
Pemerintah
Ahli Ungkap Sidik Jari Genetik Penyu, Penting untuk Kompas Konservasi
Ahli Ungkap Sidik Jari Genetik Penyu, Penting untuk Kompas Konservasi
Pemerintah
Jaga Populasi, TN Way Kambas Gencarkan 'Breeding' Gajah Sumatera
Jaga Populasi, TN Way Kambas Gencarkan "Breeding" Gajah Sumatera
Pemerintah
261 Gajah Hidup di Way Kambas, Konservasi Berlanjut di Tengah Ancaman
261 Gajah Hidup di Way Kambas, Konservasi Berlanjut di Tengah Ancaman
Pemerintah
Ecoton Ungkap Mikroplastik Kiriman Ancam Kesehatan Bayi di Jawa Timur
Ecoton Ungkap Mikroplastik Kiriman Ancam Kesehatan Bayi di Jawa Timur
LSM/Figur
Bappenas: Potensi Filantropi Rp 600 T, Penting untuk Capai SDGs
Bappenas: Potensi Filantropi Rp 600 T, Penting untuk Capai SDGs
Pemerintah
Sisa 87 Ekor dan Cuma Ada di Indonesia, Badak Jawa di Ujung Kepunahan
Sisa 87 Ekor dan Cuma Ada di Indonesia, Badak Jawa di Ujung Kepunahan
Pemerintah
Plastik Bikin Boncos, Kerugiannya Tembus 1,5 Triliun Dolar AS
Plastik Bikin Boncos, Kerugiannya Tembus 1,5 Triliun Dolar AS
LSM/Figur
Luncurkan Inovasi Data Center Modular, GSPE Tegaskan Komitmen untuk Indonesia yang Lebih Hijau dan Terhubung
Luncurkan Inovasi Data Center Modular, GSPE Tegaskan Komitmen untuk Indonesia yang Lebih Hijau dan Terhubung
Swasta
Vatikan Berambisi Jadi Negara Netral Karbon Pertama lewat Ladang Surya
Vatikan Berambisi Jadi Negara Netral Karbon Pertama lewat Ladang Surya
Pemerintah
RI-Australia Rilis Fitur Jalur Dekarbonisasi Bus Listrik
RI-Australia Rilis Fitur Jalur Dekarbonisasi Bus Listrik
Pemerintah
Bus Makin Modern tetapi Belum Inklusif, Perempuan dan Disabilitas Terpinggirkan
Bus Makin Modern tetapi Belum Inklusif, Perempuan dan Disabilitas Terpinggirkan
LSM/Figur
Musim-Musim Baru Bermunculan karena Kerusakan Lingkungan, Apa Dampaknya?
Musim-Musim Baru Bermunculan karena Kerusakan Lingkungan, Apa Dampaknya?
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau