KOMPAS.com – Pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di sektor perdagangan digital (e-commerce) diklaim tak lagi sekadar wacana masa depan.
Di Indonesia, ekonomi digital diproyeksikan mencapai 130 miliar dollar Amerika Serikat (AS) pada 2025, menempatkan inovasi teknologi sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi.
Namun, tantangan besar masih dihadapi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam mengakses teknologi canggih secara efisien dan terjangkau.
Untuk menjawab kesenjangan tersebut, penerapan teknologi AI secara inklusif menjadi strategi penting dalam memperkuat pilar Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin ke-9, yakni membangun infrastruktur yang tangguh, mendorong industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan, serta meningkatkan inovasi.
Baca juga: Google Umumkan Genie 3, AI untuk Bikin Dunia ala Video Game lewat Teks
AI kini mampu mengotomatisasi alur kerja hingga 92 persen, mencakup berbagai aspek penting dalam operasional usaha, mulai dari sistem CRM, produksi konten, hingga konversi penjualan.
SDS Organising Chairman Racheal mengatakan, transformasi tersebut memungkinkan pelaku usaha untuk tidak hanya bertahan di tengah tekanan pasar digital global, tetapi juga tumbuh secara signifikan tanpa ketergantungan pada sumber daya manusia (SDM) berlebih.
“(Pelaku usaha) ingin pendapatan yang lebih cepat dan lebih besar? Kami menghadirkan pasukan AI,” ujar Racheal dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (7/8/2025).
Untuk diketahuu, SVO merupakan arsitek dari multi-AI commerce super platform pertama di dunia. Platform tersebut telah menghasilkan lebih dari 300 juta dollar AS total pembayaran.
Baca juga: Siapa Matt Deitke, Jenius AI Muda yang Disodori Mark Zuckerberg Rp 4 Triliun?
Sedikitnya, 1.253 pengusaha telah menghasilkan lebih dari 100 ribu dollar AS per tahun, serta pengurangan biaya akuisisi pelanggan hingga 39 persen dan otomatisasi retensi hingga 92 persen.
Pendekatan tersebut dinilai memberikan peluang bagi UMKM untuk memasuki era digital secara setara.
Sebagai bagian dari upaya mentransfer teknologi tersebut secara luas, SVO menggelar Svolution Digital Summit (SDS) 2025 di Nusa Dua Convention Center, Bali, pada Selasa (16/9/2025).
Forum tersebut mempertemukan 3.000 pengusaha digital, eksekutif global dari Meta dan TikTok, serta para pionir AI untuk mendemonstrasikan penerapan langsung dari sistem yang telah terbukti.
Baca juga: Memaksimalkan Potensi UMKM Digital di Indonesia: Meninjau Ulang Kebijakan Lokalisasi Data
“Platform kami membuktikan bahwa menghasilkan 100 ribu dollar AS per tahun bukanlah keberuntungan. Sebaliknya, sistem yang dapat diulang di mana AI khusus menangani pekerjaan yang berat. Di KTT ini kami akan mentransfer pedoman tersebut,” kata Racheal.
Berbeda dengan konferensi teknologi pada umumnya, SDS 2025 mengedepankan pendekatan praktis.
Sebanyak 86 persen sesi diisi dengan demonstrasi langsung, termasuk penggunaan funnel siap pakai yang menghasilkan pendapatan berulang, agen konten AI dengan tingkat konversi tinggi, serta ekosistem penjualan otomatis yang bekerja 24/7 hanya dengan pengawasan minimal manusia.
Selama dua hari sesi deep-dive, lebih dari 25 pembicara akan membedah strategi AI secara praktikal, di antaranya Dan Henry membahas tajuk “Strategi Pembingkaian Selebriti: Membuat $100k Pertama Anda Tak Terhindarkan”.
Baca juga: Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Komdigi Dampingi Digitalisasi UMKM
Ada pula General Manager TikTok Indonesia Kelly Umberfield mengulas topik “Peningkatan Skala E-commerce Sosial Bertenaga AI di Pasar Asia Tenggara Bernilai lebih dari 25 miliar dollar AS”.
Tak ketinggalan, Peter Kell dengan tema “Rekayasa Video Sales Letters yang Terkonversi lebih dari 11,3% serta Rory Flynn dengan bahasan “Tumpukan Prompt untuk Iklan Meta/TikTok yang Menguntungkan dengan CPC $0.02”
Pada hari ketiga, ada pula Horizon Networking dan Demo Day, termasuk sesi live-build AI commerce dalam waktu kurang dari 90 menit, serta forum tertutup bersama investor dan mitra platform teknologi.
Kehadiran SDS 2025 bukan sekadar perhelatan bisnis digital, melainkan juga upaya strategis untuk memperluas akses teknologi berbasis AI ke pelaku usaha dari berbagai skala.
Baca juga: Dorong Digitalisasi UMKM, BNI Andalkan 3 Hal Ini
Dengan infrastruktur digital yang berkembang pesat dan dukungan kebijakan, seperti program visa digital nomad, Bali dinilai sebagai ekosistem ideal untuk melahirkan arus pendapatan baru berbasis inovasi.
“Bali adalah tempat di mana fokus bertemu dengan kebebasan. Di sinilah arus pendapatan baru lahir dikelilingi oleh inspirasi dan didukung oleh infrastruktur yang andal,” jelas Racheal.
Melalui inisiatif tersebut, SVO dan SDS 2025 turut memperkuat peran teknologi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, menghadirkan solusi konkret untuk menjawab tantangan tengah transformasi digital global.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya