JAKARTA, KOMPAS.com - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada 2025 di kawasan gambut KHG Pawan-Kepulu-Pesaguan, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar), masih dalam kategori aman.
Titik api umumnya disebabkan berbagai macam faktor. Salah satunya aktivitas manusia di sekitar daerah rawan karhutla.
Fasilitator Tropenbos Indonesia Hendra Gunawan mengatakan, selain ulah manusia, kondisi cuaca kering pada bulan Juli, Agustus, dan September juga menjadi penyebabnya.
Baca juga: Karhutla Capai 8.594 Hektare hingga Juli 2025, Terbanyak di NTT
"Kemudian, lahan gambut yang kering ketika air gambut terdrainase tinggi dan kelembaban turun, api mudah menjalar di bawah permukaan," ujar Hendra kepada Kompas.com, Senin (11/8/2025).
Sejauh ini, terdapat kerugian yang sudah teramati di lapangan akibat karhula. Secara ekologis, karhula menyebabkan hilangnya tutupan vegetasi dan terganggunya aktivitas habitat satwa. Serangga seperti lebah untuk penyerbukan penghasil madu juga menghilang.
Secara ekonomi, karhutla berdampak pada kerusakan kebun dan tanaman warga serta mengganggu aktivitas perkebunan, perikanan, dan perdagangan lokal.
Secara kesehatan, kata dia, karhutla mengakibatkan mata perih karena asap dan gangguan pernapasan akibat asap. Khususnya, bagi anak-anak dan lansia.
"Bahkan kejadian dulu 2019 sampai terganggunya kegiatan sekolah, selain itu lokasinya dekat dengan bandara dan jalur umum kendaraan sebagai jalur transportasi, dan aktivitas harian masyarakat karena kabut asap tebal," tutur Hendra.
Baca juga: Perusahaan Sawit Disegel karena Picu Karhutla 1.514 Ha di Kalsel
Untuk itu, dia mengimbau agar berbagai pihak terkait dari BPBD, Manggala Agni , NGO, hingga pemerintah desa, untuk terus berkoordinasi melakukan pencegahan dan pemadaman karhutla di kawasan gambut. Ia menggarisbawahi pentingnya edukasi pencegahan di tingkat desa sekitar lahan gambut.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya