Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karhutla di Kalbar, Tropenbos Indonesia Beberkan Kerugian Ekonomi dan Dampak ke Ekologi

Kompas.com - 11/08/2025, 18:58 WIB
Manda Firmansyah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada 2025 di kawasan gambut KHG Pawan-Kepulu-Pesaguan, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar), masih dalam kategori aman.

Titik api umumnya disebabkan berbagai macam faktor. Salah satunya aktivitas manusia di sekitar daerah rawan karhutla.

Fasilitator Tropenbos Indonesia Hendra Gunawan mengatakan, selain ulah manusia, kondisi cuaca kering pada bulan Juli, Agustus, dan September juga menjadi penyebabnya.

Baca juga: Karhutla Capai 8.594 Hektare hingga Juli 2025, Terbanyak di NTT

"Kemudian, lahan gambut yang kering ketika air gambut terdrainase tinggi dan kelembaban turun, api mudah menjalar di bawah permukaan," ujar Hendra kepada Kompas.com, Senin (11/8/2025).

Sejauh ini, terdapat kerugian yang sudah teramati di lapangan akibat karhula. Secara ekologis, karhula menyebabkan hilangnya tutupan vegetasi dan terganggunya aktivitas habitat satwa. Serangga seperti lebah untuk penyerbukan penghasil madu juga menghilang.

Secara ekonomi, karhutla berdampak pada kerusakan kebun dan tanaman warga serta mengganggu aktivitas perkebunan, perikanan, dan perdagangan lokal.

Secara kesehatan, kata dia, karhutla mengakibatkan mata perih karena asap dan gangguan pernapasan akibat asap. Khususnya, bagi anak-anak dan lansia.

"Bahkan kejadian dulu 2019 sampai terganggunya kegiatan sekolah, selain itu lokasinya dekat dengan bandara dan jalur umum kendaraan sebagai jalur transportasi, dan aktivitas harian masyarakat karena kabut asap tebal," tutur Hendra.

Baca juga: Perusahaan Sawit Disegel karena Picu Karhutla 1.514 Ha di Kalsel

Untuk itu, dia mengimbau agar berbagai pihak terkait dari BPBD, Manggala Agni , NGO, hingga pemerintah desa, untuk terus berkoordinasi melakukan pencegahan dan pemadaman karhutla di kawasan gambut. Ia menggarisbawahi pentingnya edukasi pencegahan di tingkat desa sekitar lahan gambut.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Karhutla 2025 Perparah Krisis Iklim dan Membuat Cuaca Makin Panas
Karhutla 2025 Perparah Krisis Iklim dan Membuat Cuaca Makin Panas
LSM/Figur
Menhut Tepis Isu Bangun 600 Vila di Pulau Padar: Cuma 10 Persen yang Boleh
Menhut Tepis Isu Bangun 600 Vila di Pulau Padar: Cuma 10 Persen yang Boleh
Pemerintah
Ilmuwan Ungkap Dampak Tak Kasatmata Karhutla, Picu Polusi Ozon Berbahaya
Ilmuwan Ungkap Dampak Tak Kasatmata Karhutla, Picu Polusi Ozon Berbahaya
LSM/Figur
AI Google Bikin Peta Bumi Terlengkap untuk Pahami Perubahan Lingkungan
AI Google Bikin Peta Bumi Terlengkap untuk Pahami Perubahan Lingkungan
Pemerintah
Karhutla di Kalbar, Tropenbos Indonesia Beberkan Kerugian Ekonomi dan Dampak ke Ekologi
Karhutla di Kalbar, Tropenbos Indonesia Beberkan Kerugian Ekonomi dan Dampak ke Ekologi
Pemerintah
Hubungan Kita dengan Alam Makin Renggang, Turun 60 Persen dalam 200 Tahun
Hubungan Kita dengan Alam Makin Renggang, Turun 60 Persen dalam 200 Tahun
LSM/Figur
Karhutla Capai 8.594 Hektare hingga Juli 2025, Terbanyak di NTT
Karhutla Capai 8.594 Hektare hingga Juli 2025, Terbanyak di NTT
Pemerintah
Industri 'E-Commerce' Melonjak, Emisi Logistik di Perkotaan Terancam Meningkat
Industri "E-Commerce" Melonjak, Emisi Logistik di Perkotaan Terancam Meningkat
Pemerintah
Terbukti Cemari Sungai Ciliwung, 4 Hotel di Bogor Disegel
Terbukti Cemari Sungai Ciliwung, 4 Hotel di Bogor Disegel
Pemerintah
Emisi Karbon Besar, Kendaraan Kurir Didorong Lebih Ramah Lingkungan
Emisi Karbon Besar, Kendaraan Kurir Didorong Lebih Ramah Lingkungan
Pemerintah
Indonesia–Vietnam Perkuat Posisi Kopi Asia Tenggara lewat Kolaborasi Tradisi dan Teknologi Berkelanjutan
Indonesia–Vietnam Perkuat Posisi Kopi Asia Tenggara lewat Kolaborasi Tradisi dan Teknologi Berkelanjutan
Swasta
Menanti Hasil Perundingan Global untuk Akhiri Polusi Plastik
Menanti Hasil Perundingan Global untuk Akhiri Polusi Plastik
LSM/Figur
Akademisi UGM: Perubahan Iklim dan Manusia Jadi Pemicu Keringnya Sungai Eufrat
Akademisi UGM: Perubahan Iklim dan Manusia Jadi Pemicu Keringnya Sungai Eufrat
Pemerintah
100 GW PLTS oleh Kopdes Bisa menjadi Pembangkit EBT Terbesar di Asia Tenggara
100 GW PLTS oleh Kopdes Bisa menjadi Pembangkit EBT Terbesar di Asia Tenggara
LSM/Figur
China Terbitkan Katalog Baru Proyek Keuangan Hijau
China Terbitkan Katalog Baru Proyek Keuangan Hijau
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau