Manfaatnya berlapis, di mana tanah tetap subur, hasil kakao terjaga, sementara tanaman sela seperti pisang, jagung, atau jahe memberi tambahan pendapatan dan mendukung ketahanan pangan keluarga petani.
Baca juga: Liberika dan Excelsa: Jejak Eksotisme Kopi Nusantara
Hal serupa berlaku pada karet. Jika dikelola secara monokultur, kebun karet rentan memiskinkan tanah dan mempercepat erosi.
Namun, dalam pola agroforestri, karet yang ditanam bersama tanaman lain terbukti berperan besar dalam konservasi tanah, air, dan keanekaragaman hayati.
Penelitian menunjukkan agroforestri karet lebih unggul dibanding monokultur, baik dalam meningkatkan cadangan karbon, mengurangi emisi gas rumah kaca, maupun menjaga habitat satwa.
Selain itu, pendapatan petani lebih terjamin berkat diversifikasi hasil. Model ini dapat diterapkan di kawasan hutan lindung maupun produksi, sehingga karet tidak hanya berfungsi sebagai komoditas ekonomi, tetapi juga bagian dari upaya menjaga kelestarian hutan.
Pala dan kelapa turut memperkaya perhutanan sosial. Di Maluku, pala tumbuh subur dalam pola agroforestri di Pulau Banda dan Seram, menjaga ekosistem sekaligus melestarikan warisan budaya.
Dua kali panen pala dalam setahun mampu memberi pendapatan puluhan juta rupiah, ditambah nilai tambah dari pengolahan biji dan fuli untuk ekspor.
Sementara itu, pohon kelapa meski umumnya tumbuh di pinggir hutan atau kawasan perhutanan sosial, sering dipadukan dengan pinang, cengkeh, atau jati.
Bersama kopi, kakao, dan karet, komoditas ini termasuk dalam 10 besar ekspor perkebunan unggulan Indonesia.
Dengan budidaya yang lebih lestari, komoditas tersebut bukan menjadi penyebab deforestasi, melainkan justru “sahabat hutan”.
Pemerintah pusat kini serius menggaungkan perhutanan sosial sebagai strategi besar ketahanan pangan sekaligus swasembada nasional.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menekankan bahwa perhutanan sosial adalah potensi nyata yang selama ini belum dimanfaatkan maksimal.
Melalui kolaborasi lintas sektor seperti Kementerian LHK, Kementan, Polri, DPR, hingga pemerintah daerah, berbagai kegiatan nyata dilakukan, salah satunya penanaman jagung serentak di kawasan hutan sosial.
Baca juga: Mengelola Dinamika Pasar dan Industri Kelapa Bulat
Pemerintah bahkan memproyeksikan jutaan hektar perhutanan sosial sebagai cadangan pangan strategis, mulai dari padi gogo, jagung, hingga umbi, melalui pola agroforestri yang ramah lingkungan.
Komitmen ini ditegaskan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto yang menginstruksikan sektor kehutanan mendukung swasembada pangan demi kedaulatan bangsa.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya