Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Thailand Niat Kembangkan Startup Teknologi Pertanian, Jadikan Indonesia Pasar Utama

Kompas.com - 18/09/2025, 08:37 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Inovasi Nasional (NIA) Thailand menilai Indonesia berpotensi besar menjadi pasar produk teknologi pertanian (AgTech). 

NIA memperkenalkan program AgTech Connect ke negara-negara ASEAN untuk mendukung startup pengembangan teknologi pertanian dari Thailand berekspansi ke pasar internasional, terutama Indonesia.

Program AgTech Connect berfokus pada startup yang mengembangkan teknologi seperti bioteknologi dan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan efisiensi pertanian, mengurangi biaya, dan meningkatkan hasil panen.

NIA melihat teknologi ini sebagai 'mesin perubahan' yang dapat memberikan solusi bagi petani.

"Ini adalah bisnis yang dibangun dari riset dan inovasi mutakhir, yang mampu menyelesaikan beberapa tantangan yang dihadapi dunia, mulai dari ketahanan pangan hingga perubahan iklim, dari efisiensi sumber daya hingga kesejahteraan petani. Di bidang pertanian, deep tech dapat mengubah tantangan ini menjadi peluang, membantu kita mengurangi limbah lebih banyak dan membangun masa depan yang berkelanjutan," ujar Director of StartUp Promotion Departement NIA, Montha Kaihirun, dalam acara AgTech Connect 2025 to ASEAN di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Rabu (17/9/2024).

NIA telah mengembangkan sekitar 80 start up AgTech di Thailand. NIA, salah satunya Pure Plus.

Baca juga: Eratani Tegaskan Komitmen Perkuat Sektor Pertanian lewat Agritech

Founder Pure Plus, Nitipol Polsa, memperkenalkan solusi berkelanjutan untuk meningkatkan kesehatan tanah di lahan pertanian dan pengelolaan limbah.

Pure Plus menggunakan teknologi plasma energi rendah untuk mengoptimalkan aktivitas mikroba dalam tanah sekaligus menawarkan solusi yang ramah lingkungan dengan tidak melibatkan modifikasi genetik (non-GMO).

Setiap tanah memiliki komunitas mikroba yang unik dengan peran penting dalam menjaga kesehatan tanah, termasuk mendaur ulang nutrisi dan mengurai bahan organik.

Namun, saat ini degradasi lingkungan akibat perubahan iklim, kebakaran hutan, penggunaan bahan kimia, serta berbagai ulah manusia lainnya mengakibatkan penurunan populasi mikroba.

"Saya cenderung menggunakan plasma energi rendah untuk meningkatkan mikroba melalui aktivitas tinggi dan kami harus memberikan solusi spesifik lokasi," tutur Nitipol.

Solusi dari Pure Plus sebenarnya sederhana. Yaitu, dengan memilih mikroba yang baik, meningkatkan aktivitasnya melalui energi plasma rendah, serta mengembalikannya ke tanah untuk memulihkan kesehatan tanah.

Prosesnya membutuhkan waktu sekitar 14 hari. Mulanya, dilakukan pengambilan sampel tanah dari berbagai lokasi dan penyaringan untuk mengidentifikasi mikroba yang bermanfaat.

Lalu, mikroba yang dipilih diptimalkan dengan menggunakan teknologi plasma energi rendah untuk meningkatkan aktivitas dan pertumbuhannya. Selanjutnya, dilakukan pengujian untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya sebelum produk siap digunakan.

Pure Plus telah bekerja sama dengan 22 petani di Thailand yang menanam lebih dari 25 jenis tanaman.

Baca juga: Bangun Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan, Indico Dorong Inovasi Sektor Agritech dan Digital Goods

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau