Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asa Akhmad Sobirin, Kembali ke Desa untuk Sejahterakan Petani Nira Kelapa

Kompas.com, 6 Oktober 2025, 12:16 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nelangsa petani nira kelapa di Semedo, Banyumas, Jawa Tengah membawa Akhmad Sobirin memutuskan pulang ke kampung halaman. Sobirin, panggilan karibnya, tampak mengenakan baju batik abu-abu lengkap dengan celana putih memulai cerita dari desanya ketika menghadiri Lestari Summit and Awards 2025 KG Media.

Puluhan tahun lamanya Semedo yang terkenal dengan struktur tanah menanjak dan tebing-tebing menjulang hidup dalam keterpinggiran. Kebanyakan masyarakat yang bertani menggantungkan hidup pada pohon kelapa.

Namun, pekerjaan mencari nira berisiko bagi keselamatan bahkan bisa merenggut nyawa.

"Itu yang jadi salah satu motivasi saya untuk membina petani. Karena waktu itu angka kecelakaan cukup tinggi, angka kematian yang jatuh dari pohon kelapa cukup tinggi," kata Sobirin di Jakarta Selatan, Kamis (2/10/2025).

Baca juga: Tanamkan Prinsip HAM dalam Bisnis, PT Merdeka Copper Gold Raih Penghargaan Lestari Award 2025

Para petani nira masih bergantung pada tengkulak, dengan pedapatan harian sangat rendah yakni Rp 20.000-Rp 30.000 per hari. Sebelum menjadi gula semut, gula hasil olahan awal hanya dihargai Rp 5.000 per kilogramnya.

Pengalaman pahit lantaran sang paman dan kakak iparnya tiga kali jatuh dari pohon kelapa hingga mengalami patah tulang ekor pun membuat Sobirin tersadar. Sebab, kala itu tak ada orang yang mau bertanggung jawab atau sekadar mengulurkan tangan.

"Ketika beliau jatuh kecelakaan akhirnya keluarganya hampir putus asa, karena memang beliau adalah tulang punggung keluarga. Ini melatar belakangi kami di 2012 akhirnya memutuskan pulang ke desa untuk menyiapkan program diversifikasi," ucap dia.

Sobirin merupakan lulusan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Jiwa berbisnis muncul sejak ia duduk di bangku SMA.

Ketika mulai membina petani, dia menargetkan gula semut asal Semedo bisa diekspor ke berbagai naegara. Hal ini sekaligus meningkatkan harga jual petani yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Manggar Jaya.

"Alhamdulillah waktu itu ada 25 petani yang mau bergabung di 2012, kemudian di 2015 ada satu kelompok petani lagi," kata Sobirin.

Baca juga: Inovasi Hemat Energi di Armada Kapal, Pertamina International Shipping Raih Lestari Awards

Seiring berjalannya waktu, Sobirin dan timnya didaftarkan untuk mengikuti ajang penghargaan Satu Indonesia Awards yang digelar Astra pada 2016. Dia memenangkan penghargaan sekaligus pembinaan dan pendampingan dari Astra di bidang kewirausahaan.

Pasca kemenangannya tersebut, Semedo menjadi desa percontohan program Desa Sejahtera Astra.

"Di situ benar-benar perubahan fundamental, jadi dari peralatan produksi yang tadinya belum food grade kemudian dijadikan food grade. Kami dibantu peralatan produksi, akses pasar, pelatihan sampai kami bisa ekspor secara mandiri," jelas dia.

Perusahaan menargetkan agar Sobirin mendampingi minimal tiga desa dengan program yang sama. Tak disangka, 10 desa telah terdampingi dan kini lebih dari 1.000 petani nira mendapatkan kesejahteraan.

Pihaknya jyga mengekspor hingga 100 ton lebih gula kristal dalam satu bulan, dari yang sebelumnya hanya 500 kg. Akhir tahun ini, Sobirin memprediksi jumlah ekspor produk akan bertambah.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kunjungan Menteri PKP Tegaskan Komitmen Astra Wujudkan Hunian Layak bagi Warga
Kunjungan Menteri PKP Tegaskan Komitmen Astra Wujudkan Hunian Layak bagi Warga
BrandzView
Ambisi Iklim Turun, Dunia Gagal Penuhi Perjanjian Paris
Ambisi Iklim Turun, Dunia Gagal Penuhi Perjanjian Paris
Pemerintah
Mayoritas Penduduk Negara Berpenghasilan Menengah Rasakan Dampak Krisis Iklim
Mayoritas Penduduk Negara Berpenghasilan Menengah Rasakan Dampak Krisis Iklim
Pemerintah
Kebijakan Iklim Dapat Dukungan, Tapi Disinformasi Picu Keraguan
Kebijakan Iklim Dapat Dukungan, Tapi Disinformasi Picu Keraguan
LSM/Figur
Dampak Perubahan Iklim: Sudah Telat Selamatkan Kopi, Cokelat, dan Anggur
Dampak Perubahan Iklim: Sudah Telat Selamatkan Kopi, Cokelat, dan Anggur
LSM/Figur
KLH: Indonesia Darurat Sampah, Tiap Tahun Ciptakan Bantar Gebang Baru
KLH: Indonesia Darurat Sampah, Tiap Tahun Ciptakan Bantar Gebang Baru
Pemerintah
Ecoground 2025: Blibli Tiket Action Tunjukkan Cara Seru Hidup Ramah Lingkungan
Ecoground 2025: Blibli Tiket Action Tunjukkan Cara Seru Hidup Ramah Lingkungan
Swasta
BBM E10 Persen Dinilai Aman untuk Mesin dan Lebih Ramah Lingkungan
BBM E10 Persen Dinilai Aman untuk Mesin dan Lebih Ramah Lingkungan
Pemerintah
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
LSM/Figur
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Pemerintah
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar 'Langkah Membumi Ecoground 2025'
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar "Langkah Membumi Ecoground 2025"
Swasta
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
BUMN
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
Pemerintah
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
LSM/Figur
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau