JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, mendorong agar pangan biru atau blue food menjadi solusi untuk ketahanan pangan global.
Ia mencatat, penduduk dunia akan mencapai hampir 10 miliar jiwa pada 2050. Namun, pertanian darat sudah berada di batas kemampuannya.
"Laut, sebaliknya, menyimpan potensi luar biasa sebagai frontier berikutnya bagi produksi pangan berkelanjutan," kata Trenggono dalam Indonesia International Sustainability Forum di Jakarta Pusat, Jumat (10/10/2025).
Menurut dia, Indonesia berpotensi berperan sebagai pusat pangan laut dunia berkat sumber daya kelautan yang melimpah.
Melalui Kebijakan Ekonomi Biru, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merumuskan paradigma baru pengelolaan sumber daya laut yang menekankan keseimbangan antara kesehatan ekosistem, kesejahteraan masyarakat, dengan keberlanjutan ekonomi.
Baca juga: Jika Program Diversifikasi Pangan Pemerintah Hanya Omon-omon, Krisis Mengintai Indonesia
Trenggono menyebut, visi itu tercantum dalam lima program utama yakni perluasan kawasan konservasi laut, penguatan regulasi penangkapan ikan berkelanjutan, dan pengembangan budi daya perikanan ramah lingkungan.
"Kami berfokus pada lima komoditas unggulan udang, nila, kepiting, rumput laut, dan lobster," tutur dia.
Program lainnya, pengawasan pariwisata bahari dan kegiatan ekonomi ekstraktif di wilayah pesisir yang kerap menyebabkan degradasi garis pantai serra pulau-pulau. Terakhir, KKP melibatkan nelayan maupun masyarakat pesisir untuk pengumpulan sampah plastik guna menjaga kesehatan laut.
"Melalui pilar-pilar ini, Indonesia tidak hanya berupaya memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan global secara bertanggung jawab dan berkelanjutan," ucap Trenggono.
Sejauh ini, pihaknya tengah mencanangkan berbagai program ketahanan pangan. Salah satunya, revitalisasi 20.000 hektare tambak di Jawa bagian utara.
KKP berencana mengubah tambak terbengkalai menjadi kawasan budi daya nila terpadu. Lalu, modernisasi budi daya udang di Wayangapu, Nusa Tenggara Timur, menjadi sistem produksi udang berkelanjutan.
Target pembangunan 1.000 armada kapal perikanan skala kecil untuk memastikan setiap ikan yang ditangkap menjadi bagian dari rantai pasok pangan berkelanjutan.
Baca juga: Sawah Menyusut, Petani Gurem Melejit, Alarm Ketahanan Pangan Nasional
"Program revitalisasi produksi garam nasional juga dijalankan untuk memperkuat produksi garam lokal dan mencapai swasembada garam nasional," ujar dia.
Dengan populasi mencapai 270 juta jiwa, di mana sekitar 100 juta orang di antaranya tinggal di wilayah pesisir. Hal ini mengartikan, Indonesia merupakan pasar potensial sekaligus mitra strategis dalam rantai pasok pangan global.
"Indonesia menyambut kemitraan yang memperkuat rantai pasok pangan global melalui investasi berkelanjutan, inovasi, penelitian, dan alih pengetahuan," jelas Trenggono.
"Kami meyakini bahwa keberlanjutan tidak boleh menjadi hak istimewa negara maju semata, melainkan harus menjadi kesempatan bersama yang menghubungkan teknologi dengan kearifan lokal," imbuh dia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya