Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Ungkap Orang yang Pernah Kebanjiran Cenderung Sadar Krisis Iklim

Kompas.com, 16 Oktober 2025, 13:00 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Berdasarkan penelitian terbaru dari University of Amsterdam (UvA), individu yang pernah menjadi korban banjir, gelombang panas, atau jenis bencana terkait iklim lainnya memiliki kecenderungan yang jauh lebih besar untuk menganggap perubahan iklim sebagai sebuah ancaman yang sangat serius.

Temuan ini dipublikasikan di jurnal Environmental Research Letters.

Penelitian yang dilakukan oleh Fabian Dablander dari lembaga iklim baru UvA bernama SEVEN ini, menganalisis data survei yang representatif secara nasional dari lebih dari 128.000 orang di 142 negara.

Hasilnya menunjukkan pola yang jelas dan konsisten. Individu yang secara pribadi pernah mengalami bahaya terkait iklim dalam lima tahun terakhir lebih cenderung menggambarkan perubahan iklim sebagai ancaman yang sangat serius dibandingkan dengan orang-orang di negara yang sama yang tidak pernah mengalami peristiwa tersebut.

Salah satu temuan yang paling menarik adalah kuatnya pengaruh gelombang panas dalam membentuk persepsi risiko.

Baca juga: Negara Pulau Kecil Perlu 12 Miliar Dolar AS per Tahun untuk Hadapi Perubahan Iklim

Melansir Phys, Rabu (15/10/2025) pengalaman langsung dengan gelombang panas terbukti meningkatkan kecenderungan seseorang untuk menganggap perubahan iklim sebagai bahaya serius, sebanding dengan pengaruh yang diberikan oleh faktor pendidikan tinggi yang selama ini dikenal sebagai indikator paling andal dalam memprediksi kesadaran iklim.

Studi ini menemukan bahwa dampak banjir, kekeringan, dan gelombang panas terhadap persepsi risiko sangat bervariasi di berbagai negara. Sebaliknya, bencana lain seperti badai besar dan kebakaran hutan memicu reaksi yang lebih seragam secara global.

Lebih lanjut, peristiwa yang jarang terjadi sekalipun, seperti tanah longsor, juga berhubungan dengan meningkatnya persepsi bahaya iklim, yang membuktikan betapa besarnya dampak psikologis yang ditimbulkan oleh pengalaman menghadapi bencana alam.

Akan tetapi, temuan ini juga menunjukkan bahwa meskipun pengalaman pribadi terhadap bencana berdampak besar, pengaruhnya tidak selalu meluas ke kesadaran nasional.

Negara-negara yang sering terpapar bencana iklim tidak selalu memiliki tingkat persepsi risiko iklim yang tinggi secara keseluruhan.

Sebagai contoh, meskipun banjir adalah bencana paling umum di dunia, tingkat kekhawatiran nasional terhadap perubahan iklim di beberapa daerah rawan banjir justru tergolong rendah.

Ini mengindikasikan bahwa pemberitaan media, sikap para pemimpin politik, dan narasi budaya berperan besar dalam membentuk interpretasi masyarakat terhadap pengalaman bencana yang mereka alami.

Perbedaan juga terlihat antar wilayah. Penduduk Amerika Selatan adalah yang paling mungkin menganggap perubahan iklim sebagai ancaman yang sangat serius, dengan hampir tiga perempat dari mereka yang disurvei mengatakan demikian, sementara di Eropa angkanya mendekati setengah.

Sementara itu, penduduk Oseania melaporkan tingkat keseluruhan pengalaman bencana yang paling tinggi, dengan lebih dari empat dari sepuluh mengatakan bahwa mereka telah mengalami setidaknya satu peristiwa ekstrem dalam lima tahun terakhir. Eropa memiliki tingkat terendah orang yang melaporkan pengalaman bencana, yaitu dua dari sepuluh.

"Pengalaman pribadi memiliki kekuatan untuk menembus batas-batas statistik abstrak dan perdebatan politis," ujar Dablander.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau