KOMPAS.com - Penelitian baru mengungkapkan bahwa kita harus bersiap untuk berhadapan dengan gelombang panas yang lebih sering dan mematikan di masa depan saat dunia makin lama menunda tercapainya target nol bersih.
Dalam studi ini, peneliti menggunakan pemodelan iklim dan superkomputer untuk mempelajari bagaimana gelombang panas akan merespons selama 1000 tahun ke depan setelah dunia mencapai nol emisi karbon bersih.
Peneliti kemudian memilih rentang tanggal antara tahun 2030 hingga 2060 dan menghitung perbedaan jangka panjang gelombang panas untuk setiap penundaan lima tahun dalam mencapai nol bersih.
Temuannya adalah gelombang panas terbukti secara sistematis menjadi lebih panas, lebih lama, dan lebih sering seiring waktu nol bersih ditunda. Gelombang panas bahkan dapat diperburuk oleh pemanasan jangka panjang di Samudra Selatan bahkan setelah nol bersih tercapai.
Baca juga: Awas, Gelombang Panas Ternyata Bisa Bikin Tubuh Lebih Cepat Tua
Melansir Phys, Senin (17/11/2025) sebagian besar tren dalam data menunjukkan tidak ada penurunan selama keseluruhan 1.000 tahun dari setiap simulasi, yang menunjukkan bahwa gelombang panas tidak kembali ke kondisi pra-industri bahkan ketika emisi nol bersih tercapai, setidaknya selama satu milenium.
Beberapa wilayah bahkan menunjukkan gelombang panas dengan tingkat keparahan yang meningkat secara signifikan ketika nol bersih terjadi pada tahun 2050 atau setelahnya.
Di semua skenario, semakin lama nol bersih ditunda, semakin tinggi kejadian gelombang panas yang jarang terjadi dan ekstrem dalam sejarah.
Hal ini menjadi masalah bagi negara-negara yang lebih dekat dengan khatulistiwa, yang umumnya lebih rentan.
Penelitian ini menunjukkan pentingnya mencapai nol bersih global paling lambat pada tahun 2040 untuk meminimalkan tingkat keparahan gelombang panas di masa mendatang.
"Penelitian kami menantang keyakinan umum bahwa kondisi setelah nol bersih akan mulai membaik untuk generasi mendatang," papar Profesor Sarah Perkins-Kirkpatrick dari Australian National University, penulis utama makalah ini.
Baca juga: Kematian Lansia akibat Gelombang Panas Melonjak 85 Persen Sejak 1990-an
"Meskipun hasil kami mengkhawatirkan, ini memberikan gambaran penting tentang masa depan jangka panjang, yang memungkinkan langkah-langkah adaptasi yang efektif dan permanen untuk direncanakan dan diimplementasikan. Sangat penting juga bagi kita untuk membuat kemajuan pesat menuju nol bersih permanen," katanya lagi.
Dr. Andrew King dari University of Melbourne, salah satu penulis makalah ini menambahkan investasi dalam infrastruktur publik, perumahan, dan layanan kesehatan untuk menjaga masyarakat tetap sejuk dan sehat selama cuaca panas ekstrem kemungkinan besar akan berbeda dalam hal skala, biaya, dan sumber daya yang dibutuhkan saat target nol bersih tercapai lebih awal dan lebih lambat.
Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Environmental Research: Climate.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya