Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DP World: Rantai Pasok Wajib Berubah untuk Akhiri Krisis Limbah Makanan

Kompas.com, 8 Desember 2025, 13:51 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kehilangan dan pemborosan makanan global merupakan masalah yang signifikan. Kegagalan dalam logistik dan manajemen antara pasokan dan permintaan menjadi pendorong utama pemborosan tersebut.

Masalah ini begitu kronis sehingga sekitar 20 persen dari seluruh makanan yang diproduksi di seluruh dunia terbuang sia-sia, menurut Program Pangan Dunia (FAO) PBB.

Secara keseluruhan, jumlah tersebut setara dengan satu miliar makanan setiap hari.

Sementara di sisi lain, menangani limbah makanan yang begitu meluas memerlukan koordinasi yang efisien dan perencanaan yang lebih baik di seluruh rantai pasok, terutama sebelum produk mencapai pengecer.

Dalam laporan yang baru-baru ini diterbitkan, DP World, salah satu perusahaan rantai pasok, merinci nilai tersembunyi dari logistik barang yang mudah rusak serta mengeksplorasi bagaimana rantai pasok dapat bertransformasi untuk membatasi limbah makanan.

Baca juga: Studi: Masyarakat Salah Paham Tentang Dampak Lingkungan Makanan Sehari-hari

Pemborosan dalam rantai pasok

Melansir Sustainability Magazine, Jumat (5/12/2025) menurut FAO, inefisiensi rantai pasok berkontribusi terhadap sekitar 400 miliar dolar AS pemborosan makanan global sebelum barang sampai di pengecer.

Sebagian besar kerugian ini terjadi selama transit, terutama di wilayah yang lebih panas di mana suhu ekstrem membahayakan kondisi penyimpanan dan transportasi.

Masalah seperti kurangnya rantai dingin (cold chain) atau fasilitas yang dikontrol suhu, kelebihan produksi, permintaan yang berfluktuasi, dan standar penilaian yang tidak konsisten semakin memperbesar kerugian ini.

Untuk mengatasinya, solusinya adalah menggunakan data dan teknologi untuk membuat seluruh rantai pasok lebih transparan dan efisien sambil memastikan produk yang paling rentan dapat menjangkau pasar dengan cepat.

UN Environment Programme (UNEP) memperkirakan bahwa limbah makanan menghasilkan 8-10 persen dari emisi gas rumah kaca global, yang sebagian besar berasal dari rantai pasok.

Sementara itu, sekitar 2,8 miliar orang tidak mampu membeli makanan bergizi dan ratusan juta orang lainnya menderita kelaparan setiap hari.

"Jika kita ingin mengatasinya, mendapatkan logistik yang tepat sangatlah penting, terutama di belahan bumi selatan, di mana infrastruktur rantai dingin membutuhkan investasi yang lebih berkelanjutan," kata Alfred Whitman, Wakil Presiden Global, Barang yang Mudah Rusak & Pertanian di DP World.

"Itulah mengapa laporan ini penting. Untuk membangun rantai pasokan yang lebih andal, kita harus mengetahui harga dari gangguan. Dan untuk meningkatkan logistik dengan cepat, kita perlu tahu apa yang diprioritaskan atau gagal diprioritaskan oleh pemilik kargo," tambahnya.

Gangguan Logistik

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Bencana Sumatera, BRIN Soroti Mitigasi Lemah Saat Siklon Senyar Terjadi
Bencana Sumatera, BRIN Soroti Mitigasi Lemah Saat Siklon Senyar Terjadi
Pemerintah
Nestapa Gajah Sumatera
Nestapa Gajah Sumatera
Pemerintah
Kerusakan Lingkungan Capai Rp 83 Triliun per Jam, PBB Desak Transformasi Sistem Pangan dan Energi
Kerusakan Lingkungan Capai Rp 83 Triliun per Jam, PBB Desak Transformasi Sistem Pangan dan Energi
Pemerintah
Menyelamatkan Spesies Endemik, Strategi Konservasi Taman Safari Indonesia di Era Perubahan Iklim
Menyelamatkan Spesies Endemik, Strategi Konservasi Taman Safari Indonesia di Era Perubahan Iklim
Swasta
Impor Limbah Plastik Picu Kenaikan Sampah Pesisir, Simak Penelitiannya
Impor Limbah Plastik Picu Kenaikan Sampah Pesisir, Simak Penelitiannya
LSM/Figur
Anak-anak Korban Bencana di Sumatera Dapat Trauma Healing
Anak-anak Korban Bencana di Sumatera Dapat Trauma Healing
Pemerintah
Cegah Deforestasi, Koalisi LSM Rilis Panduan Baru untuk Perusahaan
Cegah Deforestasi, Koalisi LSM Rilis Panduan Baru untuk Perusahaan
LSM/Figur
Dukung Pembelajaran Anak Disabilitas, Wenny Yosselina Kembangkan Buku Visual Inklusif
Dukung Pembelajaran Anak Disabilitas, Wenny Yosselina Kembangkan Buku Visual Inklusif
LSM/Figur
Kemendukbangga: Program MBG Bantu Cegah Stunting pada Anak
Kemendukbangga: Program MBG Bantu Cegah Stunting pada Anak
Pemerintah
Mengapa Anggaran Perlindungan Anak Harus Ditambah? Ini Penjelasannya
Mengapa Anggaran Perlindungan Anak Harus Ditambah? Ini Penjelasannya
LSM/Figur
Banjir di Sumatera, Kemenhut Beberkan Masifnya Alih Fungsi Lahan
Banjir di Sumatera, Kemenhut Beberkan Masifnya Alih Fungsi Lahan
Pemerintah
Limbah Plastik Diprediksi Capai 280 Juta Metrik Ton Tahun 2040, Apa Dampaknya?
Limbah Plastik Diprediksi Capai 280 Juta Metrik Ton Tahun 2040, Apa Dampaknya?
LSM/Figur
Koperasi Bisa Jadi Kunci Transisi Energi di Masyarakat
Koperasi Bisa Jadi Kunci Transisi Energi di Masyarakat
LSM/Figur
2025 Termasuk Tahun Paling Panas Sepanjang Sejarah, Mengapa?
2025 Termasuk Tahun Paling Panas Sepanjang Sejarah, Mengapa?
LSM/Figur
Jelajah Mangrove di Pulau Serangan Bali, Terancam Sampah dan Sedimentasi
Jelajah Mangrove di Pulau Serangan Bali, Terancam Sampah dan Sedimentasi
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau