Prototipe kedua adalah alat pengupas kelapa yang efisien dan aman. Alat ini dirancang untuk membantu petani kelapa, pelaku usaha olahan kelapa, serta pekerja kupas kelapa yang selama ini menghadapi risiko kecelakaan dan keterbatasan produktivitas akibat proses pengupasan manual.
Inovasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi kerja sekaligus mendongkrak pendapatan masyarakat.
Adapun prototipe ketiga berupa Pupuk Organik Cair “Dewi Marang” yang dibuat dari limbah kotoran ayam dan batang pisang.
Baca juga: Daya Saing Industri Energi Bertumpu pada Penguatan SDM
Inovasi ini dikembangkan sebagai alternatif pupuk organik cair untuk menjawab keterbatasan pupuk subsidi yang selama ini sulit diakses petani, sehingga pemupukan dapat dilakukan tepat waktu, biaya produksi menurun, dan hasil panen meningkat.
Sementara itu, prototipe keempat adalah DAM Irigasi Sungai Marang, berupa rancangan mesin pompa dan saluran irigasi yang ditujukan untuk mengatasi persoalan kekeringan pada musim kemarau.
DAM tersebut diharapkan dapat memastikan distribusi air yang lebih merata, menjaga produktivitas pertanian, dan meningkatkan kesejahteraan petani sepanjang tahun.
Melalui pembekalan Design Thinking, peserta pelatihan diarahkan untuk menjadi agen perubahan di desa masing-masing.
Mereka diharapkan mampu menularkan semangat inovasi kepada masyarakat sekitar, sehingga melahirkan inovasi-inovasi lanjutan yang tetap berkelanjutan meski program pelatihan telah selesai.
Dalam rangkaian kunjungan tersebut, Gubernur Mirza bersama Kepala Dinas Tenaga Kerja Provinsi Lampung, Agus Nompitu, juga menyerahkan secara simbolis Sertifikat Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) kepada 16 lulusan pelatihan vokasi Desaku Maju–GERCEP dari Desa Gunung Doh di bidang Pengelasan Dasar Peralatan Pertanian.
Baca juga: Cara Cetak SDM untuk Masa Depan Industri RI ala Menperin Agus Gumiwang
Sertifikat berlisensi resmi BNSP tersebut diakui secara nasional dan memiliki pengakuan di sejumlah negara melalui skema kerja sama internasional, sehingga membuka peluang kerja dan wirausaha yang lebih luas bagi para lulusan.
Agus menjelaskan, program Desaku Maju–GERCEP direncanakan berlangsung dalam 58 kelas di 38 desa yang tersebar di 30 kecamatan pada 15 kabupaten/kota se-Lampung.
Dengan target 16 peserta per kelas, program ini ditujukan untuk meningkatkan keterampilan 928 masyarakat desa, khususnya kelompok usia produktif.
Sejak dimulai pada Juni 2025, Program Desaku Maju telah dilaksanakan dalam 48 kelas pelatihan, memberdayakan 768 peserta di 31 desa.
Program ini mencatat tingkat kelulusan mencapai 98 persen serta menghasilkan sekitar 200 karya inovasi dalam bentuk prototipe berbasis eksplorasi permasalahan lokal yang berpotensi dikembangkan lebih lanjut.
“Peserta pelatihan juga didorong untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan skala kecil di desa. Selain itu, peserta diarahkan pada peluang penyaluran kerja, baik ke sektor industri maupun ke site program Pupuk Organik Cair (POC) dan Bed Dryer yang dikembangkan Pemprov Lampung,” terangnya.
Baca juga: Polisi Hutan Mau Ditambah, Anggota DPR: Sulit Bila Hanya Andalkan SDM
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya