Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beban TBC Indonesia Terbanyak Kedua di Dunia

Kompas.com - 06/09/2023, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Penyakit tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia.

Berdasarkan Global TB Report 2022, Indonesia merupakan negara dengan beban TBC tertinggi kedua di dunia setelah India.

Di Indonesia, estimasi beban TBC pada 2022 adalah 969.000 kasus dengan 144.000 kematian per tahun.

Baca juga: Putus Rantai Penularan TBC, Kemenkes Siapkan Teknis Karantina

Berkaca pada tingginya beban tersebut, pemerintah menargetkan TBC dapat dieliminasi pada 2030, sebagaimana dilansir dari siaran pers Kementerian Kesehatan.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, pemerintah menetapkan empat strategi nasional untuk mencapai target tersebut.

Strategi pertama, menambah fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) yang mampu mengidentifikasi TBC.

Saat ini, jumlah fasyankes yang mampu mengidentifikasi TBC masih terbatas. Untuk itu, pemerintah akan menambah dan melengkapinya secara bertaham dengan sarana dan prasarana yang mendukung proses identifikasi dan pengobatan TBC.

Baca juga: Hilangkan Stigma dan Diskriminasi terhadap Pasien TB

Strategi kedua yaitu memperkuat dan memperluas surveilans berbasis laboratorium.

Proses pemeriksaan TBC ke depannya tidak hanya menggunakan alat tes cepat molekuler (TCM), tetapi juga menggunakan laboratorium PCR yang tersebar di seluruh Indonesia dan memakai reagen produksi dalam negeri.

Strategi ketiga yakni membentuk TB Army. TB Army merupakan kegiatan pelacakan pasien initial Lost to Follow Up (iLTFU) TBC RO dengan melibatkan peran penyintas TBC dan organsiasi TBC.

TB Army pertama kali diinisiasi pada Oktober 2022 dan secara bertahap mulai dikembangkan di beberapa daerah.

Baca juga: Tekan Angka Kasus TBC, Phapros Luncurkan Pro TB 2 Daily Dose

Strategi keempat adalah mengembangkan vaksin TBC. Saat ini pemerintah sedang mengembangkan tiga jenis vaksin TBC.

Ketiganya menggunakan teknologi yang berbeda-beda dan Indonesia dipastikan akan menjadi lokus uji klinis.

Maxi merinci, vaksin TBC pertama berbasis protein rekombinan dari Bill and Melinda Gates Foundation (BMGF).

Vaksin kedua berbasis viral vektor yang dikembangkan oleh CanSino-Etana. Vaksin ketiga berbasis mRNA dikembangkan oleh BioNTech bekerja sama dengan Biofarma.

Baca juga: Rumah Beratap Asbes Berisiko Tinggi Sebabkan Tuberkulosis

Maxi berharap, keempat strategi tersebut bisa dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan seluruh pihak termasuk masyarakat.

Pasalnya, TBC menjadi salah satu penyakit yang diprioritaskan untuk dieliminasi karena tingkat kematiannya sangat tinggi serta mempengaruhi kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia.

“Saya berharap semua strategi ini bisa kita lakukan. Kita harus agresif karena kita berbicara penyakit yang kematiannya melebihi Covid-19,” ucap Maxi.

“Penyakit yang sudah puluhan tahun tidak bisa kita selesaikan, penyakit yang dengan saling bekerjasama pasti bisa kita tuntaskan,” sambungnya.

Baca juga: AS Umumkan “USAID BEBAS TB” untuk Percepat Eliminasi TB di Indonesia

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com