KOMPAS.com – Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengatakan Indonesia dapat menjadi carbon market hub alias pusat bursa karbon.
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal BKPM Nurul Ichwan mengatakan, Indonesia memiliki potensi besar untuk teknologi penangkap, penyimpan, dan penggunaan karbon atau carbon capture, utilizaton and storage (CCUS).
Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi energi terbarukan yang besar untuk dikembangkan.
Baca juga: 10 Negara Penyumbang Karbon Dioksida Terbesar 2022, Indonesia Nomor 6
“Indonesia memiliki potensi besar untuk pengembangan energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS),” kata Nurul, sebagaimana dilansir Antara, Minggu (10/12/2023).
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), potensi ekonomi perdagangan karbon di Indonesia mencapai Rp 350 triliun.
Pasalnya, dengan luas hutan tropis mencapai 125,9 juta hektare, Indonesia mampu menyerap sekitar 113,18 gigaton karbon.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Edo Mahendra mengatakan keseriusan pemerintah dalam menggarap pasar karbon ini dimulai dengan menciptakan ekosistem domestik yang kuat.
Baca juga: Neutura Raup Pendanaan Angel COP28 untuk 2 Proyek Penyerap Karbon
Nantinya, kata Edo, dapat terbentuk industri yang solid dari hulu hingga hilir di Indonesia.
“Jadi kita harus menciptakan ekosistem domestik dulu dengan regulasi yang kuat sehingga nantinya kita dapat menciptakan pasar. Setelah itu, baru kita bisa bicara soal kolaborasi di tingkat regional,” kata Edo.
Sebelumnya, pemerintah telah meluncurkan Bursa Karbon Indonesia yang diresmikan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 26 September.
Jokowi menyebutkan, potensi dana yang bisa diserap Indonesia dalam bursa karbon dunia bisa mencapai Rp 3.000 triliun atau Rp 3 kuadriliun.
Penyerapan karbon menjadi salah satu solusi berbasis alam atau nature based solution untuk melawan perubahan iklim.
Baca juga: Indonesia Jajaki Kerja Sama Penangkap Karbon dengan Korea Selatan
"Indonesia menjadi satu-satunya negara yang sekitar 60 persen pemenuhan pengurangan emisi karbonnya berasal dari alam," ujar Jokowi dalam pidatonya.
Dia menuturkan, dengan potensi sebesar itu, serapan dana dari bursa karbon dapat menjadi kesempatan ekonomi baru yang bisa ditangkap Indonesia.
"Kesempatan ekonomi baru yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, sejalan dengan arah dunia menuju ekonomi hijau," papar Presiden Jokowi.
Jokowi menguraikan, hasil dari perdagangan karbon akan diinvestasikan kembali kepada upaya-upaya menjaga lingkungan, khususnya mengurangi emisi karbon.
Baca juga: Capai Netralitas Karbon 2060, Indonesia Perlu Buka Semua Peluang
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya