KOMPAS.com - Persebaran dokter di Indonesia masih belum merata. Jawa menjadi tempat dengan dokter terbanyak.
Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) dalam Statistik Indonesia 2024, jumlah dokter di Jawa mencapai 104.922 orang.
Untuk diketahui, jumlah dokter di seluruh Indonesia tercatat 183.648 orang. Itu berarti, lebih dari separuh atau tepatnya 57,13 persen dokter menumpuk di Jawa.
Baca juga: Janji Prabowo Tambah 300 FK dan Ketimpangan Distribusi Dokter
Jumlah dokter dalam publikasi BPS tersebut mencakup dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis.
Dari jumlah dokter di seluruh Indonesia, Provinsi Jawa Barat menjadi daerah dengan jumlah dokter terbanyak yakni 27.091 orang.
Provinsi kedua dengan jumlah dokter terbanyak adalah Jawa Timur dengan 23.047 orang.
Berikut jumlah dokter di enam provinsi yang ada di Pulau Jawa:
Baca juga: 30 Dokter Hewan di NTT Dilatih Hadapi Wabah Penyakit Ternak
Di sisi lain, persebaran dokter di Indonesia sangatlah timpang. Sebagai perbandingan, jumlah dokter di enam provinsi Papua menurut BPS hanya 2.571 orang.
Jumlah tersebut hanya 1,40 persen saja dari total dokter se-Indonesia atau hanya 2,45 persen saja dari jumlah dokter di Jawa.
Berikut rincian jumlah dokter di enam provinsi yang ada di Papua:
Dari angka tersebut, Papua Pegunungan menjadi provinsi dengan jumlah dokter paling sedikit se-Indonesia yakni hanya 235 orang.
Sedangkan provinsi kedua dengan jumlah dokter paling sedikit di Indonesia adalah Papua Selatan dengan 308 orang.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengakui, masih terjadi ketimpangan persebaran dokter di Indonesia.
Baca juga: Dokter Bedah Ini Manfaatkan Lahan Sempit di Rumah untuk Beternak Lele
Pada Oktober 2023, Muhadjir mengatakan secara keseluruhan jumlah dokter di Indonesia masih belum memadai.
Kekurangan dokter di Indonesia, kata Muhadjir, cukup mengkhawatirkan terutama di luar pulau Jawa.
"50 persen puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) di Indonesia Timur seperti Papua tidak memiliki dokter umum dan lebih mengkhawatirkan untuk dokter spesialis," ucap Muhadjir dikutip dari situs web Kemenko PMK.
Dia mengungkapkan, ketimpangan sebaran dokter di Indonesia disebabkan oleh bias kebijakan yang menggunakan standar tenaga kesehatan dari pusat atau Pulau Jawa.
Menurutnya, suplai dokter di daerah masih mengandalkan Pemerintah Pusat. Bila kondisi tersebut terus terjadi, ketimpangan akan terus berlangsung.
"Bayangan saya tidak mungkin kalau menyelesaikan masalah di Papua kalau dokternya atau perawatnya bukan dari Papua. SDM (sumber daya manusia) lokal Papua atau Indonesia Timur banyak yang cerdas. Mereka bisa kita berdayakan, dididik, dilatih untuk bisa menjadi tenaga kesehatan," ungkapnya.
Baca juga: Agincourt Gelar Dokter Spesialis Masuk Desa, 143 Warga Tapanuli Selatan Terlayani
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya