BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Home Credit

Kurangi Sampah Makanan saat Ramadhan, Kontribusi Lestarikan Bumi

Kompas.com - 21/03/2024, 20:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Pengurangan sampah makanan atau food waste saat Ramadhan menjadi salah satu bentuk kontribusi untuk melestarikan Bumi.

Cukup dengan mengurangi sampah makanan, kita bisa turut melindungi iklim planet Bumi.

Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Maryati mengatakan, sampah makanan adalah sampah organik yang dapat menghasilkan gas metana.

Baca juga: Minimalisasi Sampah Pangan, Bank DBS Kampanyekan “Food Rescue Warrior

Gas metana sendiri merupakan gas rumah kaca dengan dampak pemanasan sekitar 30 kali gas karbon dioksida.

"Seharusnya dalam bulan Ramadhan ini kita lebih bisa menghargai makanan, sehingga dapat mengurangi food waste," kata Maryati sebagaimana dilansir Antara, Kamis (21/3/2024).

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengungkapkan, timbulan sampah saat Ramadhan kerap naik hingga 20 persen karena sisa makanan dan sampah kemasan.

Baca juga: Terapkan Green Ramadhan, Ini Kiat Kurangi Sampah Berburu Takjil

Maryati memandang. kepentingan bisnis menawarkan makanan justru melonjak saat Ramadhan, baik dari sisi jumlah maupun keanekaragaman jenis.

Menurutnya, belanja makanan ketika perut lapar dan dorongan untuk berbagi berkontribusi dalam meningkatkan belanja umat Muslim pada bulan Ramadhan.

"Pada prinsipnya sampah itu harus diolah. Sampah makanan adalah sampah organik yang bisa dijadikan kompos, degradasi oleh magot," kata Maryati.

Baca juga: HUT ke-63, HK Guyur Rp 500 Juta untuk Pendidikan, Pengelolaan Sampah, dan UMKM

Apabila sampah makanan tidak dikelola dan hanya dikumpulkan pada suatu tempat, seperti tempat pembuangan akhir (TPA), sampah organik itu juga akan menjadi kompos.

Proses pembentukan kompos di TPA dapat menghasilkan limbah cair yang dapat mencemari tanah dan air sekitarnya, juga dihasilkan gas metan.

"Jika gas metan dipanen bisa menjadi bahan bakar gas. Jadi, bagaimana dampak sampah makanan terhadap iklim, kembali tergantung pada bagaimana kita mengelola sampah tersebut," pungkas Maryati.

Baca juga: Rekosistem Kelola 35.000 Ton Sampah Sepanjang 2023, Naik 84 Persen

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com