Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

World Water Forum ke-10 Inisiasi Pusat Keunggulan Ketahanan Air dan Iklim di Asia Pasifik

Kompas.com - 24/05/2024, 07:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - World Water Forum (WWF) ke-10 menggagas pembentukan Pusat Keunggulan Ketahanan Air dan Iklim atau Center of Excellence (CoE) on Water and Climate Resilience di kawasan Asia Pasifik.

Pusat keunggulan ini dinilai akan menjadi platform kolaborasi bagi negara-negara di dunia belahan selatan yang sering mengalami masalah kebencanaan terkait dengan air dan pengelolaan air.

Hal itu dikemukakan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam Special Session 9 WWF ke-10 di Ruang Pecatu 3, Bali Nusa Dua Convention Center 2 (BNDCC 2), Bali, Rabu (22/5/2024).

Baca juga: Indonesia Serukan Penyelamatan Danau di World Water Forum ke-10

"Kolaborasi dan kemitraan adalah hal yang terpenting dalam CoE. Hal ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, sektor swasta, dan akademisi," kata Dwikorita dikutip dari siaran pers.

Dia menilai, kemitraan sangat penting untuk memanfaatkan beragam sumber daya, keahlian, dan teknologi agar CoE mampu mengatasi berbagai masalah terkait air dan iklim secara efektif.

Dwikorita menambahkan, sebagai negara kepulauan, Indonesia berada di garda depan dalam menghadapi tantangan lingkungan dan iklim ini.

Ada banyak tantangan yang dihadapi Indonesia dalam 30 tahun terakhir mengatasi krisis air.

Baca juga: Hadir di World Water Forum 2024, Vinilon Group Komitmen Dukung Ketersediaan Air Bersih Berkelanjutan

Namun Indonesia, terus memiliki inovasi pengembangan teknologi dan melakukan pengembangan penelitian.

Dwikorita juga menuturkan, setiap negara sebenarnya sudah memiliki CoE masing-masing, misalnya Indonesia dengan CoE Weather and Climate yang fokus untuk melatih kepakaran dalam bidang sumber daya manusia dan mendapatkan dukungan dari Organisasi Meteorologi Dunia atau WMO.

"Lebih dari 13 tahun juga sudah ada Sabo Center, di mana teknologi sabo diperkenalkan kepada pakar-pakar muda di bidang terkait di Asia Pasifik dan Afrika," kata dia.

Teknologi sabo adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengantisipasi aliran debris dan pengendalian sedimen dalam suatu bentang alam, khususnya sungai pada gunung.

Baca juga: 150 Mobil Listrik Wuling Berpartisipasi di 10th World Water Forum 2024

Sebelumnya, Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan Endra S Atmawidjaja menyampaikan, CoE menjadi jawaban dari tantangan iklim saat ini.

Endra menuturkan, dalam pendirian CoE, Indonesia akan menyasar penguatan kerja sama Selatan-Selatan atau South-South Cooperation (SSC).

Melalui CoE, kata Endra, negara-negara Selatan yang memiliki masalah terkait banjir, sedimen akibat erupsi yang merusak sungai, dan masalah pengelolaan air lainnya akan saling mengedukasi, bertukar pikiran, serta berbagi pengalaman untuk mencari solusi terbaik yang dapat diimplementasikan secara nyata.

Baca juga: 50.000 Wisatawan ke Bali, Sandiaga: Perputaran Ekonomi World Water Forum Bisa Rp 1,5 Triliun

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com