Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lima Penyandang Autisme Pamerkan Karya Lukis di Fairmont Jakarta

Kompas.com - 04/04/2023, 06:00 WIB
Josephus Primus,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam memperingati Hari Autisme Sedunia atau Hari Kesadaran Autisme Sedunia (WAAD) setiap tanggal 2 April, London School Center for Autism Awarenss (LSCAA) menggelar pameran lukisan bertajuk A Group Charity Art Exhibition “Dare to be Great, Dare to Collaborate and Dare to Love” di Sunrise Art Gallery, Hotel Fairmont, Jakarta, Senin (3/4/2023).

Lima pelukis penyandang autisme mempertunjukkan karya-karya mereka pada pameran bertujuan amal hingga 31 April 2023.

Para pelukis tersebut adalah Owen Philip Widjajakusuma (20), Kezia Kuryakin Sibuea (27), Dwi Putro Mulyono Jati (60), Shan Rafael (21), dan Raysha Dinar Kemal Gani (19).

Baca juga: Jangan Lakukan Kekerasan demi Mendisiplinkan Anak

Setelah melalui proses kurasi, pameran itu mempertontonkan total 46 lukisan kelima pelukis tersebut.

Raysha Dinar Kemal Gani adalah putri kandung Founder & CEO of LSPR Prita Kemal Gani.

LSCAA sendiri merupakan bagian dari kegiatan sekolah kehumasan London School of Public Relations (LSPR).

"Kami menggaungkan kepedulian kepada penyandang autisme," kata pengurus LSCAA Chrisdina.

Autisme

Untuk diketahui, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan WAAD melalui Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 62/139 pada 18 Desember 2007.

Dikutip dari laman halodoc.com, autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan saraf pada seseorang.

Gangguan perkembangan saraf ini memberi pengaruh pada perkembangan bahasa, kemampuan berkomunikasi, berperilaku, serta berinteraksi.

Kendati demikian, pemahaman paling penting tentang ASD adalah bahwa autisme bukan penyakit. Sebaliknya, penyandang autisme terkendala memahami pikiran dan perasaan orang lain.

"Maka dari itulah, penyandang autisme harus selalu didampingi,' kata pengurus

LSCAA masuk dalam bidang pengabdian masyarakat LSPR. Para peserta atau relawan merupakan para mahasiswa dan dosen LSPR.

Sejak 2008, mereka bergiat menyebarkan informasi kepada masyarakat luas tentang autisme. Masyarakat juga bisa ikut serta bekerja sama memahami autisme dan penyandang autisme.

LSCAA telah menjalankan pelatihan tambahan mendampingi penyandang autisme untuk guru-guru sekolah dasar (SD) di Jakarta dan sekitarnya.

Kini, penyandang autisme, bisa belajar bersama para siswa biasa secara inklusif. Kegiatan pelatihan tambahan berlangsung empat bulan sekali.

Pada pelatihan tambahan tersebut, para guru mempelajari modul penilaian pelajaran untuk siswa penyandang autisme.

Para guru juga berkesempatan mempelajari dan membuat matrikulasi pelajaran untuk siswa penyandang autisme.

Tak berhenti di situ, LSCAA juga menyebarluaskan film pendek berjudul "Saudaraku Berbeda", yang berisi pemahaman mengenai pengenalan autisme dan pendampingan untuk penyandang autisme.

"Kami mengajak siswa-siswa SD menonton film pendek itu," ajak Chrisdina.

Usai menonton film itu, ada harapan bahwa para siswa SD bisa memahami autisme.

"Mereka juga bisa paham bahwa autisme itu tidak menular dan penyandang autisme harus didampingi bukan dijauhi," kata Chrisdina yang juga pengampu mata kuliah Desain Komunikasi Visual di LSPR.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com