KOMPAS.com - Dunia semakin panas karena suhu bumi semakin meningkat akibat pemanasan global. Ancaman perubahan iklim semakin nyata karena banyaknya emisi gas rumah kaca (GRK) yang lepas ke atmosfer.
Melalui Perjanjian Paris, negara-negara di dunia sepakat agar suhu bumi tidak naik 1,5 derajat celsius demi mencegah kerusakan permanen di muka Bumi.
Isu-isu pemanasan global pun kerap dibicarakan di dunia internasional. Berbagai aksi untuk mencegah kenaikan suhu bumi juga terus diupayakan.
Di tengah ancaman yang semakin nyata, berbagai mitos dengan nada menyangkal pemanasan global dan perubahan iklim masih saja berseliweran.
Akan tetapi, mitos-mitos tersebut dimentahkan oleh fakta yang ada. Dilansir dari lembaga data dan penelitian Earth.org, berikut tujuh mitos mengenai pemanasan global dan fakta yang membantahnya.
Baca juga: Terus Mencair, Salju Abadi Puncak Jaya Terancam Musnah Akibat Pemanasan Global
Memang benar bahwa perubahan iklim adalah sebuah siklus dalam interval yang teratur dan dapat diprediksi. Salah satu hukum yang menjelaskan ini adalah Siklus Milankovitch.
Siklus Milankovitch menjelaskan bagaimana perubahan kecil pada kemiringan, rotasi, dan orbit Bumi memengaruhi suhu permukaan yang akhirnya turut memengaruhi konsentrasi GRK di atmosfer.
Namun, apa yang terjadi sekarang benar-benar berbeda. Dalam Siklus Milankovitch, siklus pemanasan global yang alami terjadi dalam periode ratusan ribu tahun.
Akan tetapi, saat ini suhu dan konsentrasi karbon dioksida melonjak ke level yang belum pernah terjadi dalam waktu beberapa ratus tahun.
Argumen yang menyebut perubahan iklim tidak nyata didasarkan pada asumsi yang salah bahwa semua tempat akan terpengaruh sama rata akibat perubahan iklim.
Pada kenyataannya, beberapa wilayah seperti kutub Bumi akan mengalami kenaikan suhu rata-rata yang jauh lebih tajam daripada wilayah yang lebih dekat dengan khatulistiwa.
Namun, secara rata-rata, suhu akan naik di seluruh dunia.
Selain itu, masalahnya pemanasan global bukan hanya akan membuat Bumi menjadi lebih panas. Para ilmuwan sering menggunakan istilah "perubahan iklim" bukan "pemanasan global".
Pasalnya, penyebutan "perubahan iklim" lebih akurat menggambarkan efek jangka panjang yang akan ditimbulkan pemanasan global.
Baca juga: Pakai AC Bisa Tingkatkan Pemanasan Global, Ini Penjelasannya
Benar bahwa pada 1970-an beberapa ilmuwan mengaitkan pemanasan global dengan peningkatan aktivitas matahari.
Faktanya, selama 35 tahun terakhir jumlah energi dari matahari yang mencapai Bumi telah berkurang. Namun, suhu masih terus naik.
Ini berarti ada faktor-faktor lain yang berperan, yaitu efek rumah kaca yang diperkuat oleh aktivitas manusia.
Meskipun pertanyaan tersebut ada benarnya, namun mitos ini sangat menyesatkan. Perdebatan di kalangan ilmuwan memang sering terjadi.
Namun, sejauh ini konsensus mengenai perubahan iklim telah menunjukkan bahwa sekitar 97 persen ahli iklim setuju bahwa manusia menyebabkan pemanasan global.
Studi terkomprehensif yang paling baru menunjukkan, semakin tinggi keahlian di antara ilmuwan yang disurvei, semakin sepakat mereka bahwa manusia bertanggung jawab atas pemanasan global.
Baca juga: Jenis-jenis Gas Rumah Kaca dan Penyumbang Terbesarnya, Penyebab Pemanasan Global
Perubahan iklim sangat berdampak terhadap kenaikan suhu dan permukaan laut yang cepat, dikombinasikan dengan peristiwa cuaca ekstrem, kepunahan massal, dan kerusakan ekologi.
Konsekuensi lain dari pemanasan global adalah kelangkaan pangan, krisis air, migrasi massal, zona-zona tak layak huni yang makin luas, pandemi yang lebih sering terjadi, hingga superbug yang resisten terhadap obat.
Selain itu, ada kebutuhan untuk beradaptasi dengan semua hal di atas dengan biaya ekonomi yang sangat tinggi serta implikasi sosial, politik, dan budaya.
Sebenarnya, ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah perubahan iklim lebih lanjut. Solusinya sederhana: kurangi emisi GRK.
Solusi tersebut ditekankan oleh para ilmuwan sejak 1960-an. Dan seperti halnya pada waktu itu, solusi untuk mengurangi emisi GRK masih sangat relevan hingga hari ini.
Namun, seberapa besar kita perlu mengurangi emisi kita? Dalam laporan tahun 2018, IPCC dengan tegas menekankan perlunya mencapai nol emisi karbon pada 2050.
Untuk mencegah suhu naik 1,5 derajat celsius, kita perlu mulai mengurangi emisi sekitar 7,6 persen setiap tahun hingga 2030.
Dari semua mitos dan kebohongan yanga da tentang pemanasan global dan perubahan iklim, pernyataan yang menyebutkan bahwa semua sudah terlambat mungkin adalah yang paling berbahaya.
Untuk digarisbawahi: semuanya belum terlambat.
Jika kita ingin mencegah perubahan iklim menjadi semakin tidak terkendali, kita perlu bertindak sekarang. Kita harus terus bersuara dan mulai menerapkan gaya hidup yang lebih berkelanjutan dan peduli lingkungan.
Perubahan dari diri sendiri bisa dimulai dari pola makan, pilihan moda transportasi, hingga menghemat konsumsi energi di rumah. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan sekarang ini untuk menjadi bagian dari perubahan.
Baca juga: Pemanasan Global: Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya