KOMPAS.com - Kerawanan pangan dan kelaparan masih menjadi salah satu masalah yang muncul dan belum 100 persen ditangani di seluruh dunia.
Setiap tahunnya, sejak 2016, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis laporan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) di seluruh dunia.
SDGs disepakati dalam Mejlis Umum PBB pada 2015 dan terdiri atas 17 tujuan dan 169 target yang ingin dicapai sebagai agenda global pada 2030.
Baca juga: Mengenal 18 Tujuan SDGs Desa
Pada 2022, PBB kembali merilis pencapaian SDGs dalam The Sustainable Development Goals Report 2022.
Salah satu target dalam SDGs adalah zero hunger atau tanpa kelaparan sebagai tujuan nomor dua.
Dalam laporan terbarunya, PBB menyebutkan bahwa diperkirakan ada satu dari 10 orang di dunia yang masih menderita kelaparan.
Selain itu, hampir 1 dari 3 orang di dunia mengalami kerawanan pangan antara sedang hingga parah pada 2021.
Baca juga: SDGs Desa: Pengertian, Peraturan, dan Tujuannya
Kondisi tersebut disebabkan oleh banyaknya cuaca ekstrem, konflik, guncangan ekonomi, ketidaksetaraan, dan pandemi Covid-19.
Situasi saat ini membuat dunia menghadapi tantangan besar untuk mencapai tanpa kelaparan pada 2030 sesuai tujuan SDGs.
Jumlah orang yang mengalami kerawanan pangan dilaporkan meningkat sebesar 350 juta jiwa sejak pandemi Covid-19.
Dari jumlah tersebut, peningkatan terbesar terjadi di Afrika sub-Sahara, diikuti oleh Asia Tengah, Asia Selatan, Amerika Latin, dan Karibia.
Baca juga: UI Peringkat 20 Universitas Terbaik Dunia dalam Kontribusi Tujuan SDGs
Selain itu perang Rusia dan Ukraina yang sampai sekarang masih berkecamuk menjadi ancaman lain bagi ketahanan pangan dunia.
Ukraina dan Rusia adalah produsen sekaligus pemain utama eksportir komoditas pangan, pupuk, mineral, dan energi.
Kedua negara tersebut juga menjadi eksportir gandum terbesar. Rusia dan Ukraina masing-masing memasok 30 persen dan 20 persen ekspor gandum dan jagung global.
Kedua negara yang berkonflik tersebut juga berkontribusi sebesar 80 persen ekspor produk biji bunga matahari secara global.
Baca juga: 4 Pilar SDGs di Indonesia
Sedikitnya 50 negara mengimpor 30 persen atau lebih gandum mereka dari kedua negara ini.
Banyak negara Afrika dan negara-negara terbelakang mengimpor lebih dari 50 persen pasokan pangan dari Rusia dan Ukraina.
Perang Rusia dan Ukraina juga telah menyebabkan penurunan tajam dalam ekspor gandum, biji bunga matahari, dan pupuk.
Akibatnya, negara-negara yang bergantung pada impor pangan, terutama gandum, sangat rentan terhadap melonjaknya harga pangan dan gangguan rantai pasokan.
Dalam laporan PBB, saat ini dibutuhkan aksi bersama-sama yang terkoordinasi dan solusi kebijakan untuk mencegah kekurangan pangan bagi orang-orang termiskin di dunia serta kerawanan pangan.
Baca juga: 10 Negara dengan Skor Pencapaian SDGs Tertinggi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya