Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investasi Kader Kesehatan Jadi Kunci Menekan Stunting, 90 Persen Belum Terlatih

Kompas.com - 22/06/2023, 19:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Investasi kepada kader kesehatan adalah faktor kunci untuk menekan angka stunting anak.

Hal tersebut disampaikan spesialis kebijakan kesehatan global yang merupakan lulusan dari Fakultas Kedokteran Umum Universitas Padjajaran Bandung, Rindang Asmara.

Dalam acara bertema "Stunting Bukan Sekadar Bantuan Pangan" di Jakarta, Kamis (22/6/2023), Rindang berujar bahwa peningkatan kapasitas kader kesehatan di pos pelayanan terpadu (posyandu) dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) sangatlah penting.

Baca juga: Cegah Stunting, Dana Desa Dapat Digunakan Penguatan Posyandu

Sebab, pada kader kesehatan ini nantinya bisa mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga asupan gizi mulai dari ibu sampai usia 1.000 hari pertumbuhan anak.

Rindang memaparkan, di luar negeri, salah satunya di Jepang, pembangunan kapasitas kader digencarkan sehingga mereka bisa sampai pada taraf merujuk pasien.

Serdasarkan data Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2019, terdapat lebih dari 1,5 juta kader posyandu di Indonesia.

Akan tetapi, dari banyaknya kader tersebut, 90 persen di antaranya masih belum terlatih, sebagaimana dilansir Antara.

Baca juga: Cargill Dorong Pemberdayaan Masyarakat Desa Cegah Stunting

"Padahal di daerah, masyarakat lebih percaya pada kader, karena mereka bisa berbicara bahasa yang sama, bahkan menjadi tempat cerita bagi para ibu," kata Rindang.

"Berdasarkan data, 66 persen penduduk Indonesia masih bergantung pada posyandu untuk 1000 hari pertama kelahiran (HPK)," sambungnya.

Rindang memberi contoh kasus pada masyarakat di daerah pesisir Nusa Tenggara Timur. Meskipun dekat dengan sumber protein, tetapi angka stunting di sana masih tinggi.

"Mereka dekat dengan sumber protein, tetapi masyarakat lebih memilih menukar ikan dengan mi karena mi bisa disimpan untuk jangka panjang," tutur Rindang.

Baca juga: Kualitas Hidup Masa Remaja Penting Cegah Stunting Generasi Mendatang

"Di sinilah peran para kader untuk mengedukasi, memiliki kemampuan nalar, menjelaskan kalau ikan itu sumber proteinnya tinggi untuk tekan stunting," tambahnya.

Ia juga menegaskan bahwa permasalahan stunting tidak bisa diselesaikan hanya dengan pemberian protein atau bahan makanan.

Lebih dari itu, penanganan stunting membutuhkan investasi jangka panjang pada pembangunan manusia yakni para kader, yang nantinya juga akan meningkatkan literasi kesehatan masyarakat.

"Stunting tidak bisa selesai hanya dengan bantuan permakanan daging atau telur, lebih dari itu, kader posyandu yang terampil menjadi kunci utama. Mereka juga penentu meningkatnya literasi masyarakat tentang kesehatan," kata dia.

Baca juga: Tak Hanya Fisik, Gangguan Mental Ibu Berpotensi Sebabkan Bayi Stunting

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Pemerintah
Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Swasta
Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

LSM/Figur
Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Swasta
Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Pemerintah
Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemerintah
Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Pemerintah
IEEFA Sebut 'Power Wheeling' Bisa Dorong Investasi Hijau

IEEFA Sebut "Power Wheeling" Bisa Dorong Investasi Hijau

LSM/Figur
Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Pemerintah
Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

LSM/Figur
Berbagai Ancaman Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia

Berbagai Ancaman Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia

LSM/Figur
APP Group Raih Penghargaan Primaniyarta 'Eksportir Sustainable' di Ajang TEI 2024

APP Group Raih Penghargaan Primaniyarta "Eksportir Sustainable" di Ajang TEI 2024

Swasta
Kualitas BBM di Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Asia Tenggara

Kualitas BBM di Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Asia Tenggara

LSM/Figur
Ini Sejumlah Kendala dalam Mengejar Target Transisi Energi di Indonesia

Ini Sejumlah Kendala dalam Mengejar Target Transisi Energi di Indonesia

Swasta
Warga DKI Jakarta Bakal Ditarik Retribusi Sampah Tahun Depan

Warga DKI Jakarta Bakal Ditarik Retribusi Sampah Tahun Depan

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau