KOMPAS.com - Tim peneliti yang dipimpin ilmuwan dari Karlsruhe Institute of Technology (KIT) di Jerman mengembangkan alat yang bisa memproduksi hidrogen dari atap rumah dengan bantuan sinar matahari.
Alat tersebut berupa fotoreaktor dengan metode fotokatalis guna menghasilkan hidrogen. Alat ini dapat dipasang di atap rumah dan bahan bakunya cukup dengan air.
Untuk diketahui, fotoreaktor adalah alat yang dapat digunakan untuk memproses suatu cairan dengan perlakuan panas dan suhu tertentu serta paparan sinar matahari.
Baca juga: Dengan Jet Hidrogen, Perjalanan Keliling Dunia Paris-New York Cuma 90 Menit
Sedangkan fotokatalisis merupakan salah satu metode dalam penerapan water splitting atau pemisahan senyawa air dengan hidrogen.
Penelitian mengenai alat tersebut diterbitkan dalam artikel ilmiah di jurnal Joule pada 21 Juni 2023 dan berjudul Low-cost photoreactors for highly photon/energy-efficient solar-driven synthesis.
Selain para peneliti dari KIT di Jerman, penelitian tersebut juga melibatkan ilmuwan dari University of Toronto di Kanada.
Paul Kant dari Institute for Micro Process Engineering (IMVT) di KIT mengatakan, metode fotokatalis sebenarnya adalah cara yang sudah cukup dikenal di kalangan ilmuwan.
Baca juga: Ada 20 Proyek Pra-studi Kelayakan Teknologi Hidrogen, Peta Jalan Nasional Ditunggu
"Metode ini (fotokatalis) dapat digunakan, misalnya, untuk memisahkan air menjadi hidrogen dan oksigen," kata Kant, sebagaimana dilansir PV Magazine, Senin (26/6/2023).
Kant menuturkan, alat yang mereka kembangkan tersebut dapat diterapkan pada cairan atau gas dengan memanfaatkan energi matahari.
Desain alat tersebut terbuat dari ratusan kanal reaksi paralel. Masing-masing kanal terdapat konsentrator berbentuk "V" dan rongga seperti tabung.
Konsentrator sengaja dibentuk "V" untuk memanen cahaya matahari dari berbagai arah, sehingga penyerapan energi surya lebih optimal.
Baca juga: Begini Arah Perkembangan Pemanfaatan Hidrogen di Indonesia
"Fotoreaktor ini dapat mengantarkan sinar matahari ke fotokatalis dengan loss energi yang sedikit, terlepas dari mana arah sinarnya dan di mana letak mataharinya," ujar Kant.
Alat tersebut juga dilapisi dengan aluminium untuk reflektifitas yang tinggi dan memungkinkan operasional yang optimal.
Para peneliti percaya bahwa alat tersebut merupakan terobosan yang memiliki efisiensi tinggi dan dapat diproduksi massal dengan biaya pembuatan yang rendah.
"(Alat ini) terbuat dari tiga bagian polimer saja, semuanya diproduksi melalui teknik pembuatan massal yang sudah ada," tulis para peneliti.
Baca juga: Indonesia Berpotensi Jadi Pusat Hidrogen Asia
Biaya pembuatan alat tersebut kira-kira 2 dollar AS atau sekitar Rp 329.000 per meter perseginya.
Di sisi lain, para peneliti perancang alat tersebut mengakui bahwa perlu ada penelitian lebih lanjut untuk dapat mengoptimalisasi kinerjanya.
"Seperti masa pakai polimer dan pelapis, serta tantangan seperti akumulasi debu di permukaan yang agak rumit dari bukaan fotoreaktor," kata para peneliti.
Baca juga: Indonesia Jadi Negara Menjanjikan untuk Pengembangan Hidrogen Hijau
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya