Selain daratan yang merasakan sengatan panas yang tinggi, laut juga mengalami pemanasan yang intens karena fenomena El Nino dan beberapa faktor lainnya, termasuk pemanasna global.
Rata-rata suhu permukaan laut global mencapai 21 derajat celsius pada akhir Maret. Badan cuaca Australia memperingatkan bahwa suhu laut di Samudera Pasifik dan Hindia bisa lebih panas 3 derajat celsius dari biasanya pada Oktober.
Profesor fisika iklim di University of Leeds Piers Forster mengatakan, pemanasan global adalah faktor utama memanasnya suhu di darat dan laut.
Selain itu, fenomena El Nino, penurunan debu Sahara yang bertiup di atas lautan, dan penggunaan bahan bakar rendah sulfir di kapal-kapal pelayaran juga menjadi penyebabnya.
Baca juga: Terus Mencair, Salju Abadi Puncak Jaya Terancam Musnah Akibat Pemanasan Global
“Jadi secara keseluruhan, lautan dihantam oleh empat kali pukulan,” ucap Forster.
Laut yang lebih hangat juga menyebabkan lebih sedikit angin dan hujan, menciptakan lingkaran setan yang menyebabkan lebih banyak panas, kata ahli iklim di Georgia Institute of Technology Annalisa Bracco.
Suhu laut yang tinggi tahun ini disebabkan oleh kombinasi sempurna dari berbagai faktor dan dampak ekologisnya dapat bertahan lama.
“Lautan akan memiliki respons yang sangat lambat karena mengakumulasi (panas) secara perlahan serta menyimpannya untuk waktu yang lama,” kata Forster.
Baca juga: Pakai AC Bisa Tingkatkan Pemanasan Global, Ini Penjelasannya
Ahli klimatologi di University of New South Wales Australia Sarah Perkins-Kirkpatrick mengatakan, umat manusia hampir kehabisan waktu.
Beberapa pakar iklim mengatakan tahun ini juga terjadi beberapa kekeringan yang parah di seluruh dunia serta topan langka dan mematikan di Afrika.
Worldwide Fund for Nature, memperingatkan tentang kurangnya momentum yang mengkhawatirkan selama pembicaraan iklim di Bonn, Swiss, pada Juni.
Selain itu, hanya ada sedikit kemajuan yang dibuat pada isu-isu penting seperti bahan bakar fosil dan keuangan menjelang pembicaraan iklim COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), pada November mendarang.
Baca juga: Efektifkah Insentif Kendaraan Listrik Mengurangi Pemanasan Global?
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya