Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkembangan Energi Terbarukan China Mencengangkan, Capai Target 5 Tahun Lebih Cepat

Kompas.com - 01/07/2023, 09:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.comChina berada di jalur yang tepat dalam melipatgandakan pembangkit listrik tenaga bayu dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) pada 2025 atau lima tahun lebih awal dari target 2030.

China juga diperkirakan akan menghasilkan energi listrik sebesar 1.200 gigwatt (GW) dari PLTB dan PLTS pada 2025 jika semua calon pembangkit dibangun dan dioperasikan.

Prediksi tersebut disampaikan berdasarkan studi dari Global Energy Monitor, sebagaimana dilansir CNN, Jumat (30/6/2023).

Baca juga: Daftar Negara Dunia dengan PLTS Terbesar, China Nomor Satu

Saat ini pun, kapasitas terpasang PLTS Cina bahwa lebih besar dari seluruh PLTS di dunia jika digabungkan. Selain itu, kapasitas terpasang PLTB, baik di darat maupun lepas pantai, telah berlipat ganda sejak 2017.

Manajer proyek di Global Energy Monitor Dorothy Mei mengatakan, lonjakan kapasitas terpasang PLTS dan PLTB di China mencengangkan.

Menurut Global Energy Monitor, suburnya perkembangan enegri terbarukan di “Negeri Panda” tak lepas dari kombinasi dari aturan yang ambisius dan insentif yang diberikan.

Pada 2020, China telah berjanji akan menjadi negara yang netral karbon pada 2060.

Baca juga: PLTS Terapung Jadi Salah Satu Solusi Keterbatasan Lahan

Tetap penghasil emisi terbesar

Meski memimpin dalam pengembangan energi terbarukan, China tetaplah penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar di dunia. China juga meningkatkan produksi batu baranya.

Peneliti Global Energy Monitor Martin Weil menuturkan, batu bara masih memegang kekuasaan sebagai sumber daya yang dominan di China.

“Negara (China) membutuhkan kemajuan yang lebih berani dalam penyimpanan energi dan teknologi hijau untuk masa depan energi yang aman,” kata Weil.

Menurut kajian Center for Research on Energy and Clean Air dan Global Energy Monitor, izin proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di China bahkan dipercepat tahun lalu.

Baca juga: Berapa Lama Masa Pakai PLTS?

Masih ketergantungannya China terhadap batu bara menimbulkan tantangan yang berat terhadap target energi hijau global.

Di sisi lain, penasihat kebijakan senior di lembaga think tank iklim E3G Byford Tsang mengatakan kepada CNN, cepatnya pengembangan PLTS dan PLTB di China merupakan tanda positif.

“China dengan cepat dan berhasil meningkatkan penerapan energi terbarukan dan telah menjadi investor terbesar dalam energi terbarukan secara global. Ini adalah penyebab dan konsekuensi dari turunnya biaya energi terbarukan dengan cepat dibandingkan dengan tenaga batu bara,” ucap Tsang.

Tsang berharap, energi terbarukan yang relatif murah akan membujuk China untuk menghentikan ketergantungannya terhadap batu bara.

Baca juga: Hingga Mei, PLTS Atap PLN Diserap 7.075 Pelanggan dengan Total 95 MW

“Kemampuan China untuk membangun dan menggunakan energi terbarukan yang tumbuh di dalam negeri dengan biaya kompetitif dengan kecepatan dan skala lebih lanjut mempertanyakan kelayakan ekonomi proyek batu bara baru di masa depan,” kata Tsang.

Pada 2021, International Energy Agency (IEA) mewanti-wanti bahwa jika dunia tidak ingin suhu bumi naik 1,5 derajat celsius, jangan ada lagi PLTU batu bara yang hendak dibangun.

Selain itu, jangan ada lagi proyek pengembangan minyak dan gas baru di seluruh dunia.

Baca juga: Potensi PLTS Atap Indonesia Tembus 32,5 Gigawatt

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
RI-Brasil Kerja Sama Kembangkan Bioenergi hingga Industri Dirgantara
RI-Brasil Kerja Sama Kembangkan Bioenergi hingga Industri Dirgantara
Pemerintah
Permukaan Laut Tetap Naik meski Pemanasan Global Dibatasi 1,5 Derajat C
Permukaan Laut Tetap Naik meski Pemanasan Global Dibatasi 1,5 Derajat C
Pemerintah
Profesor IPB Sebut Bakteri Pereduksi Nitrat Mampu Turunkan Emisi GRK
Profesor IPB Sebut Bakteri Pereduksi Nitrat Mampu Turunkan Emisi GRK
LSM/Figur
Singa Asia di India Naik Jadi 891 Ekor, Bukti Kesuksesan Konservasi
Singa Asia di India Naik Jadi 891 Ekor, Bukti Kesuksesan Konservasi
Pemerintah
'Destination Zero Waste Bali', Inisiatif Kolaboratif Kurangi Sampah Plastik di Industri Perhotelan
"Destination Zero Waste Bali", Inisiatif Kolaboratif Kurangi Sampah Plastik di Industri Perhotelan
LSM/Figur
Menteri LH: Pemprov Kalsel Baru Kelola 48,5 Persen Sampah, Setengahnya Dibuang ke TPA Open Dumping
Menteri LH: Pemprov Kalsel Baru Kelola 48,5 Persen Sampah, Setengahnya Dibuang ke TPA Open Dumping
Pemerintah
Hadirkan Rompi Kembali Utuh, Kolaborasi Adrie Basuki dan CISC Dukung Perjuangan Pasien Kanker
Hadirkan Rompi Kembali Utuh, Kolaborasi Adrie Basuki dan CISC Dukung Perjuangan Pasien Kanker
LSM/Figur
Ahli IPB Usulkan Lutung Sentarum Jadi Satwa Dilindungi
Ahli IPB Usulkan Lutung Sentarum Jadi Satwa Dilindungi
LSM/Figur
Permintaan Tembaga Diprediksi Melonjak, Tapi Pasokan Terbatas
Permintaan Tembaga Diprediksi Melonjak, Tapi Pasokan Terbatas
Pemerintah
Bangkitkan Ekonomi Desa, MMSGI Dorong Kemandirian Usaha Mikro Lokal
Bangkitkan Ekonomi Desa, MMSGI Dorong Kemandirian Usaha Mikro Lokal
Swasta
Meta Gandeng AES Pasok 650 MW Energi Surya untuk Pusat Data
Meta Gandeng AES Pasok 650 MW Energi Surya untuk Pusat Data
Swasta
KLH Cabut Izin PT Daeri Rima Mineral karena Berpotensi Rusak Lingkungan
KLH Cabut Izin PT Daeri Rima Mineral karena Berpotensi Rusak Lingkungan
Pemerintah
Ikan Badut Selamatkan Diri dari Gelombang Panas dengan Menciut
Ikan Badut Selamatkan Diri dari Gelombang Panas dengan Menciut
Pemerintah
KKP Dorong Penataan Ruang Laut Demi Keberlanjutan Ekosistem
KKP Dorong Penataan Ruang Laut Demi Keberlanjutan Ekosistem
Pemerintah
Bahlil Minta Kontraktor Migas Ikut Garap Fasilitas Penangkap Karbon
Bahlil Minta Kontraktor Migas Ikut Garap Fasilitas Penangkap Karbon
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau