KOMPAS.com - Ada beberapa spesies hewan di seluruh dunia yang semakin langka dan semakin terancam eksistensinya.
Beberapa faktor penting dari terancamnya hewan-helan langka di dunia tak lepas dari berbagai aktivitas manusia mulai dari pemburuan liar hingga pembalakan hutan.
Selain itu, perubahan iklim juga semakin mengancam eksistensi para hewan langka karena ekosistemnya berubah.
Dilansir dari Earth.org dan WWF, berikut 10 hewan langka yang paling terancam punah di seluruh dunia pada 2023.
Baca juga: Daftar Lengkap 127 Tumbuhan Langka yang Dilindungi di Indonesia
Macan tutul amur memiliki habitar di belantara yang membentang di beberapa wilayah seperti Korea, China Timur Laut, dan Rusia Timur.
Antara 2014 hingga 2015, hanya ada sekitar 92 ekor yang tersisa di habitat aslinya. Jumlahnya pada 2022 diperkirakan hanya sekitar 84 ekor.
Macan tutul amur merupakan salah satu hewan yang kerap diburu. Para pemburu membunuh macan tutul ini untuk diambil bulu dan tulangnya. Tulangnya dijual untuk digunakan dalam pengobatan tradisional Asia.
Macan tutul amur berisiko semakin kehilangan habitatnya karena kebakaran hutan. Perubahan iklim juga menyebabkan jumlah mangsa mereka berkurang.
Badak adalah salah satu hewan yang paling banyak diburu di Bumi. Tanduknya digunakan dalam pengobatan tradisional China. Ada juga yang hanya dipajang sebagai simbol kekayaan.
Cula badak jawa dapat dijual hingga 30.000 dollar AS (Rp 450 juta) per kilogram di pasar gelap.
Karena perburuan liar, tiga dari lima spesies badak masuk daftar yang paling terancam punah yaitu badak hitam, badak jawa, dan badak sumatera.
Badak jawa adalah spesies yang hampir punah karena hanya tersisa sekitar 60 ekor. Semuanya berada di Taman Nasional Ujung Kulon, Indonesia.
Sedangkan populasi badak hitam diperkirakan sekitar 5.500 ekor.
Baca juga: 20 Jenis Ikan yang Dilindungi di Indonesia
Dua spesies orangutan yaitu orangutan kalimantan dan orangutan sumatera sama-sama mengalami penurunan populasi yang tajam.
Sekitar 100 tahun lalu, mungkin ada lebih dari 230.000 ekor orangutan secara total.
Akan tetapi, kini orangutan kalimantan diperkirakan hanya tersisa 104.700 sekor sedangkan orangutan sumatera sekitar 13.846 ekor.
Orangutan menjadi langka karena habitat mereka menghilang akibat penggundulan hutan yang disebabkan oleh manusia.
Gorila berasal dari hutan tropis di Afrika. Ada dua spesies gorila yaitu gorila timur dan gorila Barat. Keduanya memiliki dua subspesies.
Tiga dari empat subspesies berstatus sangat terancam punah dalam Daftar Merah Spesies Terancam Punah IUCN.
Saat ini, hanya ada sekitar 200-300 gorila cross river dewasa yang tersisa di alam liar.
Seperti banyak hewan yang terancam punah lainnya, penurunan jumlah mereka sebagian besar disebabkan oleh perburuan liar, hilangnya habitat, penyakit, dan konflik dengan manusia.
Gorila juga lambat pulih karena tingkat reproduksinya rendah. Betinanya hanya melahirkan setiap empat hingga enam tahun. Satu betina hanya melahirkan antara tiga atau empat kali seumur hidupnya.
Baca juga: Daftar 26 Kupu-kupu Indonesia yang Langka dan Dilindungi
Sering disebut unicorn Asia, saola adalah salah satu mamalia paling langka di planet ini.
Saola adalah hewan sejenis sapi yang hanya ditemukan di Deretan Annam di Vietnam dan Laos. Hewan ini berkerabat dengan antelop, sapi, dan kambing.
Saola pertama kali diidentifikasi pada 1992 di Annamite Range di Vietnam dan jarang sekali terlihat.
Sejauh ini, belum ada survei formal yang dilakukan untuk mencari tahu jumlah pasti populasi saola.
IUCN memperkirakan, total populasi saola kurang dari 750 ekor, kemungkinan jauh lebih sedikit.
Vaquita adalah spesies lumba-lumba endemik di bagian utara Teluk California. Vaquita disebut sebagai mamalia laut terkecil dan paling terancam punah di dunia.
Oleh IUCN, vaquita masuk daftar sangat terancam punah sejak 1996. Para ahli berpendapat, mungkin hanya ada sekitar 10 ekor yang tersisa, meskipun ada upaya konservasi yang ekstensif.
Ancaman terbesar vaquita adalah dari penangkapan ikan totoaba secara ilegal. Vaquita secara tidak sengaja terjerat di jaring insang yang dipasang untuk totoaba dan tenggelam karena tidak bisa lagi berenang ke permukaan untuk bernapas.
Upaya konservasi mengarah pada pengenalan larangan jaring insang di habitat vaquita pada Juli 2016, tetapi penangkapan ikan ilegal terus berlanjut, dan ancaman tetap ada.
Baca juga: Daftar Lengkap 562 Jenis Burung yang Dilindungi di Indonesia
Dari semua kucing besar, spesies harimau adalah yang paling mendekati kepunahan. Diperkirakan ada kurang dari 3.900 harimau yang tersisa di alam liar.
Harimau memiliki dua subspesies yaitu harimau kontinental dan harimau sunda.
Harimau kontinental tersebar di daratan Asia mulai dari Rusia, Timur Tengah, India, China, Indochina, hingga semenanjung Malaysia. Sedangkan harimau sunda terdiri dari harimau sumatera, harimau jawa, dan harimau bali.
Harimau jawa dan harimau bali sudah dinyatakan punah. Itu berarti, hanya tersisa harimau sumatra sebagai subspesies sunda yang tersisa.
Harimau sunda menjadi subspesies yang sangat rentan. Jumlahnya diperkirakan hanya tersisa kurang dari 400 ekor.
Penggundulan hutan yang cepat dan perburuan yang merajalela membuatnya semakin terancam.
Meskipun ada upaya peningkatan konservasi harimau, masih ada permintaan besar di sumatera dan bagian lain di Asia untuk harimau.
Lumba-lumba tanpa sirip hidup di Sungai Yangtze, China. Sayangnya, mereka rentan terhadap penangkapan ikan.
Meskipun tidak secara langsung menjadi sasaran nelayan, sejumlah besar spesies lumba-lumba tanpa sirip mati ketika tidak sengaja terjerat alat tangkap.
Perairan tempat mereka tinggal juga selalu disibukkan oleh para nelayan dan orang-orang yang menggunakan jalur air sebagai transportasi, sehingga mereka terluka dan terbunuh oleh perahu dan kapal.
Selain itu, perairan mereka juga dipengaruhi oleh polutan beracun tingkat tinggi. Sejauh ini, tersisa antara 1.000 hingga 1.800 lumba-lumba tanpa sirip di Yangtze.
Tingkat penurunan tahunan sebesar 13 persen. Berarti hewan ini diperkirakan akan punah dalam 10 tahun jika tidak ada tindakan konservasi yang efektif.
Baca juga: Daftar 37 Reptil yang Dilindungi di Indonesia
Dua spesies penyu terancam punah dalam Daftar Merah Spesies Terancam Punah IUCN adalah penyu sisik dan penyu kempi. Sedangkan penyu belimbung masuk daftar rentan.
Perburuan adalah salah satu ancaman terbesar bagi penyu. Para pemburu liar mengincar telur, cangkang, daging, dan kulitnya.
Penyu juga berisiko kehilangan habitat karena polusi serta perubahan iklim. Suhu pasir sangat menentukan jenis kelamin anak penyu alias tukik.
Telur akan menetas sebagai tukik betina pada suhu yang lebih hangat. Itu berarti, perubahan suhu yang kecil pun dapat merusak rasio jenis kelamin populasi.
Perkiraan terbaru menunjukkan, ada hampir 6,5 juta penyu yang tersisa di alam liar dengan jumlah yang sangat berbeda untuk setiap spesies.
Perkiraan populasi penyu sisik berkisar dari 83.000 hingga 57.000 ekor di seluruh dunia.
Penyu kempi dan penyu belimbing masing-masing memiliki jumlah yang sangat sedikit, dengan kurang dari 10.000 ekor tersisa untuk setiap spesies.
Terakhir dalam daftar hewan paling terancam punah di dunia tahun 2022 adalah gajah.
Beberapa populasi gajah di Afrika memang meningkat, terutama di Afrika bagian selatan.
Akan tetapi di daerah lain, populasi gajah menurun, terutama di Afrika tengah dan sebagian Afrika Timur.
Dengan perkiraan 415.000 ekor gajah tersisa di Afrika, spesies ini dianggap rentan, dan spesies tertentu di ambang kepunahan.
Jumlah gajah asia telah menurun setidaknya 50 persen selama tiga generasi terakhir, dan jumlahnya masih terus menurun hingga saat ini.
Dengan hanya tersisa 40.000-50.000 ekor di alam liar, spesies gajah asia tergolong terancam punah.
Sub spesies yang paling terancam adalah gajah sumatera, dengan populasi sekitar 2.400 hingga 2.800 ekor.
Baca juga: Daftar Satwa Mamalia yang Dilindungi di Indonesia
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya