KOMPAS.com – Akses masyarakat ke tenaga listrik dan bahan bakar memasak yang lebih bersih dalam tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) telah meningkat di banyak wilayah di dunia.
Meski demikian, masih ada 675 juta orang belum tersambung ke jaringan listrik dan 2,3 miliar orang masih memasak dengan bahan bakar yang tidak aman serta menimbulkan pencemaran.
Setiap tahunnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis laporan pencapaian SDGs. Pada Mei 2023, PBB kembali merilis capaian SDGs skala global.
Baca juga: Media Online Paling Dipercaya Pembaca soal Publikasi SDGs Perusahaan atau Merek
Salah satu tujuan SDGs adalah energi bersih dan terjangkau yang tertuang dalam tujuan nomor tujuh.
Dalam laporannya, PBB menyebutkan bahwa beberapa negara meningkatkan investasi dalam energi terbarukan.
Akan tetapi, beberapa negara masih menggantungkan atau bahkan meningkatkan ketergantungannya terhadap energi fosil, terutama batu bara.
Jika ketergantungan terhadap energi fosil masih terus berlanjut atau bahkan meningkat, transisi ke energi hijau berada dalam risiko.
Di satu sisi, untuk memastikan akses energi untuk semua orang tercapai pada 2030, PBB mendesak percepatan elektrifikasi, peningkatan investasi energi terbarukan, dan berinvestasi peningkatan jaringan listrik.
Baca juga: Laporan SDGs 2022: Perlindungan Lautan Masih Hadapi Tantangan Berat
Berikut capaian tujuan nomor tujuh SDGs yaitu energi bersih dan terjangkau pada 2022 menurut laporan dari PBB.
91 persen populasi global telah mendapatkan akses ke tenaga listrik pada 2021. Jumlah ini meningkat bila dibandingkan 2015 taitu 87 persen.
Namun, pertumbuhan akses tahunan sebesar 0,6 persen pada 2021 lebih rendah dari rata-rata tahun 2015 hingga 2019 yaitu 0,8 persen.
Akibatnya, 675 juta orang yang sebagian besar tinggal di negara tertinggal dan sub-Sahara Afrika masih kekurangan akses ke tenaga listrik pada 2021.
71 persen populasi global sudah mendapatkan akses ke bahan bakar dan teknologi memasak bersih. Ini meningkat bila dibandingkan 2015 yaitu 64 persen populasi dunia.
Meski demikian, di tujuh negara sub-Sahara Afrika, hanya 10 persen populasinya yang memiliki akses ke bahan bakar dan teknologi memasak yang bersih.
Baca juga: Rheem Jalankan Empat Kebijakan Keberlanjutan SDGs
Porsi sumber terbarukan dalam total konsumsi energi final mencapai 19,1 persen secara global pada 2020. Capaian ini meningkat 2,4 persen dibandingkan 2015.
Sebagian dari perkembangan ini disebabkan permintaan energi final yang lebih rendah pada tahun 2020 karena pandemi Covid-19 yang mengganggu kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi di seluruh dunia.
Sektor ketenagalistrikan mengalami peningkatan perkembangan energi terbarukan. Sedangkan sektor panas dan transportasi mengalami kemajuan yang kurang signifikan dalam 10 tahun terakhir.
Laju peningkatan intensitas energi primer yang telah melambat dalam beberapa tahun terakhir turun menjadi 0,6 persen pada 2020.
Hal ini menjadikannya tahun terburuk untuk peningkatan intensitas energi sejak krisis keuangan global.
Perlambatan ini dipengaruhi oleh pergeseran struktur ekonomi selama Covid-19 ke arah produksi industri yang lebih intensif energi. Ditambah lagi, terjadinya rendahnya peningkatan efisiensi teknis.
Aliran keuangan publik internasional untuk mendukung energi bersih di negara berkembang mengalami tren penurunan.
Tren penurunan ini dimulai bahkan sebelum pandemi Covid-19 dan berlanjut hingga 2021. Pada 2021, aliran dananya 10,8 miliar dollar AS, turun 11 persen dari tahun 2020.
Aliran dana pada 2021 35 persen lebih rendah dari rata-rata selama dekade 2010 hingga 2019.
Baca juga: Laporan SDGs 2022: Pemberantasan Kemiskinan Ekstrem 2030 Sulit Tercapai
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya