KOMPAS.com – Indonesia dan sejumlah negara di dunia bersiap menghadapi dampak fenomena El Nino yang diprediksi mencapai puncaknya pada Agustus dan September tahun ini.
El Nino adalah fenomena menghangatnya lautan di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur. Fenomena ini memuat suhu udara dan kelembaban udara di atasnya akan meningkat.
Fenomena El Nino merupakan siklus alami yang terjadi antara dua hingga tujuh tahun sekali.
Baca juga: Pemanasan Global dan El Nino Buat Bumi Makin Panas
Indonesia termasuk negara yang merasakan dampak dari El Nino, salah satu dampaknya adalah memicu suhu udara yang lebih panas.
El Nino juga merupakan fenomena alam yang dapat menimbulkan dampak signifikan terhadap sektor pertanian.
Di sektor pertanian, El Nino bisa menjadi tantangan besar karena dapat mengganggu pola cuaca yang berdampak pada produksi pertanian dan kesejahteraan petani.
Dilansir dari Kementerian Pertanian dan Institut Pertanian Bogor (IPB), berikut enam dampak El Nino terhadap pertanian Indonesia.
Baca juga: Waspada DBD Meski Cuaca Panas Akibat Fenomena El Nino
Fenomena El Nino sering dikaitkan dengan naiknya suhu dan penurunan curah hujan di beberapa wilayah.
Situasi ini dapat menyebabkan kekeringan yang berkepanjangan, sehingga suplai air untuk pertanian juga bisa berkurang.
Tanaman membutuhkan air yang cukup untuk tumbuh dengan baik. Kekurangan air dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan mengurangi hasil panen.
El Nino dapat mengganggu musim tanam dan mengubah pola cuaca yang biasanya terjadi di sejumlah daerah.
Perubahan-perubahan tersebut dapat menyebabkan penundaan penanaman tanaman, penurunan luas tanam, atau bahkan kegagalan panen.
Petani perlu memperhatikan perubahan cuaca yang terkait dengan El Nino agar dapat menyesuaikan jadwal tanam.
Baca juga: Studi: Fenomena El Nino Berpotensi Melambungkan Harga Makanan
El Nino dapat memengaruhi penyebaran penyakit dan hama tanaman. Perubahan pola cuaca tertentu membuat beberapa penyakit dan hama mendapat lingkungan ideal.
Karena situasi tersebut, penyakit dan hama dapat menyebar lebih cepat dan lebih luas hingga merusak tanaman dan mengurangi hasil panen.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya