BATAM, KOMPAS.com – Bank Indonesia (BI) perwakilan Kepulauan Riau (Kepri) bersama Batam Tourism Polytechnic (BTP) menyelenggarakan rangkaian kegiatan untuk mengampanyekan konsumsi cabai kering di masyarakat.
Deputi Kepala BI Kepri Adidoyo Prakoso mengatakan, kegiatan tersebut merupakan implementasi salah satu program unggulan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yaitu peningkatan daya tahan penyimpanan dan nilai tambah (produk olahan).
Sebagai informasi, Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan dua kota di Kepri pada Juni 2023 mengalami inflasi sebesar 0,49 persen month-to-month, lebih tinggi dibandingkan IHK bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,26 persen month-to-month.
Baca juga: BI Kepri Kenalkan Batik Gonggong di Bandara Soekarno-Hatta
“Salah satu faktor penyebab inflasi bersumber dari fluktuasi harga komoditas pangan bergejolak, di antaranya cabai,” kata Adidoyo, Minggu (23/7/2023).
Menurut Adidoyo, cabai menjadi bumbu masakan yang harus ada pada menu harian sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya Kepri.
Hal ini sejalan dengan posisi geografis Kepri yang terletak di wilayah Sumatera, sehingga memberikan pengaruh melayu cukup besar pada kuliner Kepri.
“Masakan khas melayu dikenal memiliki cita rasa pedas seperti ikan asam pedas, gulai ikan, sambal goreng, dan berbagai jenis masakan lainnya. Ketika pasokan cabai terbatas, harga cabai segar cenderung melonjak sehingga menyebabkan daya beli masyarakat menurun,” papar Adidoyo.
Baca juga: Masih Banyak Pulau Terluar Kepri yang Belum Menangkap Siaran Televisi Nasional
Di sisi lain, tambah Adidoyo, ketika pasokan cabai melimpah, harga cabai menurun drastis sehingga menimbulkan risiko kerugian pada petani dan berpengaruh pada kesejahteraan petani.
“Nah penggunaan cabai kering diharapkan mampu merubah pola konsumsi cabai masyarakat dan mendorong hilirisasi seiring dengan daya tahan cabai kering yang lebih lama sehingga mendukung pemenuhan kebutuhan cabai di masyarakat,” terang Adidoyo.
“Kampanye konsumsi cabai kering ini juga dilanjutkan dengan Pemecahan Rekor MURI Sajian Sambal Bilis Terbanyak Menggunakan Cabai Kering,” tambahnya.
Adidoyo menjelaskan, di bawah arahan Chef Wiliam Wongso, tercatat sejumlah 1.409 porsi sambal bilis berhasil diproduksi oleh mahasiswa dan masyarakat sekitar kampus BTP.
Baca juga: Sebanyak 24,77 Persen Korban Kecelakaan Lalin di Kepri Anak Usia Sekolah
Sambal yang membutuhkan bahan baku bilis seberat 200 kilogram (kg) dan cabai kering tersebut melampaui rekor MURI sebelumnya, yaitu 1.035 layah sambal wader di Mojokerto pada 2022.
“Pemecahan rekor MURI ini juga menjadi momentum untuk mempromosikan bilis yang merupakan produk ikan tangkap khas Kepri ke tingkat nasional dan masakan tradisional Indonesia tanpa menggunakan cabai segar,” sebut Adidoyo.
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi Kepri Dewi Kumalasari mengatakan, kegiatan ini turut memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi petani di Kepri.
Tim PKK beserta jajarannya hingga tingkat dasawisma mendapatkan bantuan bibit cabe yang kemudian ditanamkan dan disebarluaskan kepada para petani.
Baca juga: Eksploitasi Berkedok Investasi di Pulau Kecil Kepri Harus Dihentikan
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya