KOMPAS.com – Saat ini, ada banyak perusahaan multinasional dan perusahaan besar di berbagai negara yang sadar untuk menerapkan sustainability atau keberlanjutan.
Mereka juga sadar untuk melaporkan kinerja keberlanjutan mereka kepada pemangku kepentingan, termasuk perusahaan di Indonesia.
Akan tetapi, masih banyak perusahaan di Indonesia yang mengalami kesulitan dalam menetapkan strategi keberlanjutan yang tepat sasaran.
Baca juga: Mahasiswa UI Diajak Peduli Keberlanjutan Sosial dan Lingkungan
Hal tersebut disampaikan Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Ratna Wardhani.
Oleh sebab itu, peran akuntan untuk menyambut kesadaran perusahaan tersebut sangatlah penting untuk sebagai pemeran utama untuk mempercepat pertumbuhan kinerja keberlanjutan.
Ratna pun meminta para akuntan untuk lebih memahami Sustainable Development Goals (SDGs) secara utuh, sebagaimana dilansir Antara.
“Akuntan dituntut untuk memahami konsep dan mendukung pencapaian keberlanjutan (SDGs) secara komprehensif, memahami bagaimana pengukuran, monitoring dan evaluasi, serta tata kelola dari kinerja tersebut,” ujar Rata di Kampus UI Depok, Senin (31/7/2023).
Baca juga: Energi Ramah Lingkungan Pengaruhi Keberlanjutan Bisnis Jangka Panjang
Ratna menjelaskan, penggunaan konsep Sustainability Performance Measurement Framework (SPMF) dapat menjadi alat ukur kontribusi perusahaan dalam mendukung pencapaian SDGs.
Ratna mengutarakan, kesadaran dan komitmen perusahaan terhadap kinerja keberlanjutan juga semakin meningkat dengan dikeluarkannya POJK 51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik.
Menurutnya, adanya aturan tersebut membuat lembaga jasa keuangan, emiten, dan perusahaan publik diharuskan untuk menyampaikan laporan keberlanjutan, sebagaimana dilansir Tribunnews.com.
Hal tersebut menuntut perusahaan untuk menetapkan strategi keberlanjutannya dan melaporkan progres kinerja keberlanjutannya.
Baca juga: Dua Pilar SDGs Jadi Penanda Keberlanjutan Citi Indonesia
Dilansir dari Antara, Ratna mengamati ada 80 perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki skor environmental, social, and governance (ESG).
Dari 80 perusahaan tersebut, evaluasi dilakukan terhadap 68 perusahaan yang telah mempublikasikan Laporan Keberlanjutan tahun buku 2022.
Hasilnya, sebagian besar perusahaan telah mengungkapkan kinerja lingkungan terkait limbah, emisi, energi, dan air dan limbah cair.
Kemudian, lebih dari 90 persen perusahaan telah mengungkapkan informasi kinerja terkait penggunaan energi di dalam organisasi, emisi cakupan satu dan dua, serta pengelolaan limbah.
Baca juga: Dua Pilar SDGs Jadi Penanda Keberlanjutan Citi Indonesia
Sementara itu, indikator kinerja terkait keanekaragaman hayati, material, dan penilaian lingkungan terhadap pemasok relatif lebih sedikit diungkapkan.
“Saya ingin menekankan kembali bahwa pencapaian SDGs merupakan tanggung jawab kita bersama. Perusahaan sebagai entitas bisnis perlu melakukan strategi keberlanjutan dengan menggunakan kerangka yang jelas dan komprehensif,” kata Ratna.
Dengan demikian, perusahaan dapat menjalankan strategi keberlanjutan dengan lebih terarah dan membuka kesempatan-kesempatan baru yang mendukung pertumbuhan, seperti kesempatan pendanaan, munculnya inovasi-inovasi bisnis baru, dan meningkatkan resiliensi perusahaan.
Ia menambahkan, adanya kerangka yang dikembangkan ini diharapkan dapat digunakan untuk mengakselerasi kinerja keberlanjutan oleh berbagai pihak dengan tentunya melakukan penyesuaian terhadap kontekstualnya masing-masing.
Baca juga: Teleperformance Indonesia Gelar Charity Run untuk Keberlanjutan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya