Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 2 Agustus 2023, 15:59 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang makin gencar diterapkan pelaku usaha dalam tiga aspek environment, social, dan governance (ESG) berkontribusi besar terhadap keberlanjutan.

Sinarmas Land, contohnya, menjadi salah satu pengembang properti di Indonesia yang telah mengimplementasikan konsep pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Raksasa properti dengan kapitalisasi pasar Rp 57,6 triliun dari tiga tentakel PT Bumi Serpong Damai Tbk, PT Duta Pertiwi Tbk, dan PT Puradelta Lestari Tbk, ini memeroleh dampak positif dari penerapan ESG.

Menurut Chief Risk and Sustainability Officer Sinarmas Land Muhammad Reza Abdulmajid, upaya penerapan konsep sustainable development ini terbukti telah mengurangi biaya operasional, penghematan penggunaan energi listrik, hingga peningkatan kesehatan dan produktivitas penghuni.

"Dampak positif yang dihasilkan dari penerapan konsep pembangunan berkelanjutan juga mendorong konsumen melirik rumah dan gedung yang ramah lingkungan untuk investasi dan kepemilikan mereka," ujar Reza, Rabu (2/8/2023).

Baca juga: Energi Ramah Lingkungan Pengaruhi Keberlanjutan Bisnis Jangka Panjang

Bahkan, untuk bangunan komersial seperti gedung perkantoran BSD Green Office Park tercatat mencetak tingkat hunian alias occupancy rate di atas 93 persen.

Hal senada dikatakan Direktur BSDE Hermawan Wijaya yang mengamini dampak penerapan ESG meskipun dalam jangka menengah dan panjang.

"Memang secara langsung atau jangka pendek belum dapat dirasakan. Namun, dalam medium long term, itu akan terasa.

Hermawan menambahkan, bagi BSDE sebagai bagian dari Sinarmas Land, penerapan ESG bukan hal baru. ESG sudah berjalan sesuai dengan visi dan misi pemilik Perusahaan, bahwa pembangunan berkelanjutan adalah sebuah keharusan.

Terlebih, gaya hidup berkelanjutan atau green living juga sudah menjadi tren kalangan urban.

"Kami tidak menunggu ada insentif dulu, baru menerapkan ESG. Kami juga melakukan upaya-upaya tersebut secara berkelanjutan sejak 2019 hingga kini. Kita lihat bagaimana sumbangsih kami terhadap lingkungan, sosial, dan juga community," imbuh Hermawan.

Baca juga: 5 Cara Memulai Gaya Hidup Ramah Lingkungan

Inisiatif terbaru yang dilakukan Sinarmas Land adalah dengan mengembangkan kawasan hunian hijau atau green housing yang menggunakan 20 persen materal bangunan ramah lingkungan dalam waktu dekat.

Reza memastikan, produk-produk yang digunakan dalam pembangunan hunian hijau ini dipastikan memiliki green label dengan sertifikasi yang dikeluarkan oleh lembaga otoritatif.

"Para pemasok yang menggunakan material ramah lingkungan dan memiliki sertifikat green label ini yang akan kami prioritaskan. Kalaupun ada pemasok lain yang belum memiliki green label product, kami tidak bisa paksakan, karena memang belum ada," tutur Reza.

Upaya penggunaan material bangunan ramah lingkungan, seperti cat, dan solar panel, ini sebagai salah satu pendorong agar tercipta mekanisme pasar dan ekosistem keberlanjutan di sektor properti.

"Karena secara internal, Perusahaan sudah menerapkan semua prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Sementara ekosistem di sekitar kami, harus terus didorong," cetus Reza.

Inisiatif Penanganan Perubahan Iklim dan Lingkungan

Penggunaan material ramah lingkungan, menurut Reza, adalah bagian dari inisiatif besar Perusahaan dalam pilar penanganan perubahan iklim dan lingkungan.

Baca juga: Sinarmas Land Pastikan Seluruh Rantai Pasokan Terapkan Prinsip ESG

Inisiatif lainnya yang sudah dilakukan antara lain penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) melalui penerapan panel surya di bangunan-bangunan komersial, sarana penerangan jalan hingga pemanfaatan layanan Renewable Energy Certificate (REC) dari PT PLN (Persero). 

Melalui layanan tersebut, Sinarmas Land turut mendukung inisiasi pemerintah dan mengambil bagian dalam mengurangi emisi CO2. Targetnya, Perusahaan dapat menurunkan emisi sebesar 35 persen dalam 12 tahun.

Kemudian daur ulang air dan pemanenan air hujan di beberapa gedung dengan penghematan 400.612 meter kubik/5 persen dari total konsumsi air pada tahun 2022.

Selanjutnya, penerapan pengelolaan sampah terpadu di Proyek BSD City & ITC, implementasi aspal plastik 7.759 m2 per 5,37 ton sampah plastik pada 2021, dan 39.359 meter persegi per 35 ton sampah plastik tahun 2022.

Termasuk  bekerja sama dengan Chandra Asri untuk mengaplikasikan aspal dengan campuran sampah plastik sepanjang 3,8 km atau 56.138 m2 di kawasan BSD City pada tahun 2022 dan berlanjut hingga tahun 2023

Baca juga: Sinarmas Land Incar Penurunan Emisi Karbon 35 Persen Tahun 2034

Hal ini juga selaras dengan Kebiasaan Hijau 2.0 di seluruh kawasan pengembangan Sinarmas Land sebanyak 2.300 kilogram sampah plastik terkumpul pada tahun 2022.

Selain inisiatif-inisiatif tersebut di atas, sejumlah gedung perkantoran milik Perusahaan juga telah mendapatkan sertifikasi Green Building dari Green Building Council Indonesia (GBCI).

Selanjutnya, untuk kawasan perkantoran BSD Green Office Park sudah tersertifikasi Gold Green District dari Building Construction Authority (BCA) Singapura.

Perusahaan terus berkomitmen untuk menerapkan konsep sustainable development dalam setiap produk hunian hingga kegiatan bisnisnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau