Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/08/2023, 19:30 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

SOLO, KOMPAS.com – Cita-cita Denok Marty Astuti sederhana saja, dia ingin agar Kota Solo, tempat tinggalnya, menjadi kota yang bersih, asri, dan bebas sampah.

Bertumpu pada cita-cita itu, perempuan paruh baya tersebut pada 2015 memutuskan pulang dari perantauannya di Jakarta dan kembali ke Solo.

Dia keluar dari pekerjaan yang telah digelutinya selama 12 tahun di sebuah perusahaan skala nasional yang berkantor di Jakarta.

Baca juga: PNP-UPDK Pandan Beri Bantuan Becak untuk Bank Sampah Pertama di Tapteng

Langkah pertama yang dia lakukan adalah mendatangi Rumah Tahanan (Rutan) Kelas I Solo untuk mengurus sampah-sampah di sana. Dia menilai, di sana ada potensi yang bisa digarap dari sampah.

“Saya memaparkan ide untuk mengolah sampah sisa makan untuk menjadi kompos plus membuat kerajinan tangan (dari sampah anorganik) dari para tahanan,” kata Denok saat disambangi Kompas.com di rumahnya di Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan, Kota Solo.

Gayung bersambut, Kepala Rutan saat itu mempersilakan Denok untuk memberdayakan warga binaan Rutan Kelas I Solo membuat kerajinan dari sampah koran dan membuat kompos dari sampah organik.

Tak cukup sampai di situ, Denok juga mengampanyekan pemilahan sampah bersama komunitas peduli lingkungan bernama Gerakan Orang Muda Peduli Sampah dan Lingkungan Hidup Soloraya (Grophes).

Kampanye dilakukannya setiap hari Minggu dalam kegiatan car free day (CFD) di ruas Jl Slamet Riyadi, Solo.

Baca juga: Raih Dana Hibah Transform, Alner Kurangi 1.300 Kilogram Sampah Plastik

Bank sampah pertama

Direktur Bank Sampah Induk Kerja Nyata Solo Denok Marty Astuti saat ditemui Kompas.com di kediamannya di Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Kamis (3/8/2023).KOMPAS.com/DANUR LAMBANG PRISTIANDARU Direktur Bank Sampah Induk Kerja Nyata Solo Denok Marty Astuti saat ditemui Kompas.com di kediamannya di Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Kamis (3/8/2023).

Rupanya kampanye di CFD saja tidak cukup. Dia dan beberapa kawan dari Grophes memutuskan untuk mengunjungi satu per satu kelurahan yang ada di Solo.

Beberapa orang menyambut baik, yang lain tidak terlalu mengindahkan. Sosialiasinya sebatas membuat kerajinan dari sampah anorganik.

Lambat laun, tercetuslah ide membentuk bank sampah.

“Dari situ baru mikir membentuk bank sampah. Kalau bank sampah, sampah yang masuk sudah harus diplah. Anorganik masuk, disetor, timbang, kemudian langsung diangkut jadi cuan (untung). Sampah organiknya dijadikan kompos,” ucap Denok.

Bank sampah pertama yang diinisiasi Grophes akhirnya terbentuk di RW 13 Kelurahan Pucangsawit.

Baca juga: Pengolahan Sampah AMDK Le Minerale Diapresiasi Kementerian LHK

Dari keberhasilan itu, pengalaman pengelolaan bank sampah menyebar dari mulut ke mulut. Denok akhirnya fokus untuk mengedukasi dan menginisiasi terciptanya bank sampah di tempat-tempat lain.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau